Hal tersebut dikukuhkan dalam penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Inggris yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik.
Moazzam mengatakan Inggris mendukung tujuan Indonesia dalam mendorong target pengembangan EBT sebesar 23 persen di 2025. Meskipun Moazzam menilai target tersebut sangat ambisius namun dia meyakini angka itu bisa dicapai.
"Ini ambisius tapi dengan kerja sama kita dapat mencapainya," kata Moazzam di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu, 20 Februari 2019.
Kerja sama ini meliputi mendorong investasi sektor swasta dalam meningkatkan pangsa pembangkit energi terbarukan. Bantuan teknis dalam fasilitasi pembiayaan infrastruktur energi terbarukan, dengan fokus pada Indonesia Timur.
Penyediaan infrastruktur energi terbarukan untuk skala kecil di Indonesia Timur. Serta mendorong kerja sama internasional dan domestik untuk memfasilitasi transfer pengetahuan, inovasi dan praktik dalam pengembangan energi terbarukan.
"Tujuannya enggak hanya meningkatkan energi baru terbarukan tapi juga untuk mengurangi kemiskinan dan untuk tingkatkan akses energi di daerah terpencil. Di Inggris kami punya banyak tekno yang saya kira berguna untuk tujuan ini," tutur dia.
Sementara itu Ego pun mengakui Indonesia tidak akan mampu mencapai target tersebut tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak termasuk sektor swasta. Dirinya meyakini dengan kerja sama ini akan membantu Indonesia dalam mencapai target pengembangan EBT.
"Kita dan Inggris mempunyai ambisi yang sama menggunakan renewable energi sebesar-besarnya. Kita ingin belajar dari Inggris bagaimana mereka sangat signifikan menurunkan porsi batu baranya dan beralih ke gas dan EBT," tandas Ego.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News