Vice President Director PT Cirebon Electric Power dan President Director of PT Cirebon Energi Prasarana Heru Dewanto menekankan pentingnya teknologi batu bara bersih untuk Indonesia.
"Penghargaan ini mendorong kami untuk terus berkomitmen mendukung Indonesia menerapkan keseimbangan antara kebutuhan akan energi dan pembangunan berkelanjutan," jelas Heru, dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Adapun untuk negara seperti Indonesia, menurut dia, ini merupakan isu utama dan teknologi batu bara bersih adalah solusinya. Heru mengutarakan hal tersebut saat pidato penerimaan penghargaan di Seoul, Korea Selatan, 21 September.
Batu Bara Bersih
Menurut dia, tantangan pembangunan ramah lingkungan dihadapi negara-negara di seluruh dunia. Inovasi teknologi terus dikembangkan untuk menjawab hal ini. Kini, kemajuan IPTEK memungkinkan Pembangkit Listrik menggunakan teknologi batu bara bersih.
Sehingga, PLTU saat ini tidak lagi seperti dulu, Teknologi Subcritical mulai ditinggalkan dan PLTU telah beralih ke teknologi Supercritical. Untuk negara seperti Indonesia, inilah yang dibutuhkan. Karena teknologi ini memungkinkan pembangunan yang juga berkelanjutan.
Teknologi pengembangan pembangkit listrik dunia saat ini terus beralih ke teknologi batu bara bersih. Negara-negara maju belum lama ini menegaskan dukungan mereka terhadap PLTU, selama menggunakan teknologi batu bara bersih. Di antara lebih dari 5.000 Pembangkit listrik berteknologi "Subcritical", Indonesia hanya memiliki dua PLTU dengan teknologi batu bara bersih. Salah satunya adalah PLTU Cirebon
Sekadar informasi, PLTU Cirebon, berkapasitas 660 mw dan beroperasi sejak 2012, telah menerangi lebih dari 600,000 rumah. Dengan teknologi batu bara bersih, PLTU Cirebon mampu memproduksi listrik dengan penggunaan batu bara yang lebih sedikit, menghasilkan emisi lebih rendah, dan mengelola limbah industri dengan lebih baik.
PLTU ini menghasilkan jumlah abu sisa pembakaran yang lebih sedikit, berkat fasilitas pembuangan dengan teknologi terkini. Seluruh abu sisa pembakaran yang dihasilkan, setiap harinya dibawa ke pabrik semen terdekat untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Sehingga bak penampungan abu selalu dalam kondisi kosong.
"Agar debu batu bara tidak merusak lingkungan, PT Cirebon Electric Power memasang Wind Breaker setinggi 13 meter di sekitar area penampungan batu bara. Selain itu juga ditanam tiga lapis pohon untuk memaksimalkan fungsi Wind Breaker," lanjutnya.
Sementara, menara pendingin dibangun agar air yang dibuang kembali ke laut tidak mengalami peningkatan suhu lebih dari 2 oC. Bahkan suhu air yang dialirkan dari PLTU Cirebon, tidak ada perbedaan dengan suhu air laut.
PLTU Cirebon berdiri di atas lahan seluas 107 hektare di desa Kanci Kulon, 250 kilometer (km) timur Jakarta. Dalam waktu dekat, PLTU tahap 2 akan beroperasi dengan kapasitas 1.000 mw di atas lahan milik pemerintah seluas 204 ha.
"Cirebon Electric Power meyakini, masa depan yang lebih baik dapat terwujud melalui pengembangan energi yang berkesinambungan dan kerja sama semua pihak, demi Indonesia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News