Kepala Pusat Komunikasi Kementerian ESDM, Sujatmiko mengatakan, penurunan subsidi solar sebesar Rp650 per liter ini karena permintaan konsumsi solar (demand) juga sudah mulai menurun.
"Usulkan menjadi Rp350 per liter dari Rp1.000 per liter dengan asumsi subsidi lebih tepat sasaran. Kita kan punya Program Indonesia Terang (PIT), Dana Ketahanan Energi (DKE) dan Strategic Petroleum Reserves (SPR). Dari solar kan sudah mulai baik supply demand-nya," jelas Sujatmiko di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Selain itu, Sujatmiko juga membahas, pemangkas subsidi ini juga dengan menlihat posisi asumsi makro saat ini seperti kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, harga minyak dunia, dan Mean of Plates (MoPs).
"Keuangan akan setujui, dia sudah lihat datanya. Asumsinya, harga dolar, MoPs, harga minyak juga mengarah USD40 sampai USD50 per barel. itu juga memberikan sinyal," jelas dia.
Lebih lanjut, meskipun belum diputuskan, Sujatmiko menuturkan, badan anggaran akan memutuskan pemangkasan subsidi, besaran DKE dan SPR tersebut dalam waktu dekat.
"Ada info Awalnya Rp800 miliar DKE, Rp800 miliar SPR. Tapi kita belom tau persis seberapanya. Minggu-minggu ini banggar akan putuskan," tutup dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro usai sidang kabinet terbatas mengungkapkan akan memangkas anggaran subsidi BBM dan LPG hingga Rp23,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News