Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan hal ini juga berdampak pada produksi di tahun depan. "Kalau misalnya YYA-1 sukses kan starting point jadi 33 ribu barel per hari. Sekarang jadi 30 ribubarel per hari. Jadi ibaratnya kita mulai dari angka itu lagi untuk tahun depan," kata Dharmawan, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Senin, 23 September 2019.
Sementara untuk produksi gas, Dharmawan mengatakan akan terjadi pengurangan sebanyak 20 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sementara prognosa produksi gas ONWJ yakni 110 juta kaki kubik per hari.
Terkait rencana penyetopan produksi pada sumur yang mengalami kebocoran saat telah dilakukan penutupan, Dharmawan menjelaskan, perusahaan memiliki keinginan untuk memanfaatkan produksi di lapangan tersebut. Namun, kata dia butuh kajian subsurface, engineering dan lainnya.
"Tim lakukan beberapa opsi untuk pengembangan struktur YYA ini," jelas dia.
Sebenarnya jika tidak ada insiden kebocoran, tambahnya, proyek di sumur YYA-1 ini sedianya berperasi komersial pada pertengan September ini. Namun karena terjadi kebocoran, maka proyek ini di take-out dari rencana produksi di tahun ini.
Dharmawan sebelumnya mengatakan untuk menutup kebocoran produksi Pertamina dari insiden tersebut, saat ini Pertamina mengevaluasi potensi lokasi lain untuk dikembangkan. Namun yang pasti, lanjut Dharmawan, sumur YYA-1 akan ditutup dan tidak dioperasikan kembali setelah penambalan kebocoran yang terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News