Namun sayangnya, hingga saat ini harga energi dalam negeri masih terbilang mahal. Padahal program yang akan digelar akhir tahun ini mulai berlaku delapan bulan mendatang.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin pun mengakui hal tersebut. Ia mengungkapkan, harga energi Indonesia saat ini merupakan yang terendah dibanding negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Harga energi seperti gas di negara-negara tersebut sekitar 3-5 sen. Sedangkan kita sendiri harga jualnya mencapai sembilan sen. Dari situ saja kita sudah kalah duluan," ujar Saleh, di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Selatan Nomor 1, Jakarta Pusat, Selasa (14/4/2015).
Maka itu, sambung dia, harga energi lokal harus dapat diturunkan hingga enam sen. Hal ini dilakukan agar industri dalam negeri dapat bersaing saat MEA diberlakukan nantinya.
"Kita menginginkan agar energi dalam negeri ini harus tersedia dan murah. Sekarang ini ada tapi kan mahal. Inilah yang buat kita keok dengan negara-negara tetangga," ungkap Saleh.
Jika harga energi itu bisa diturunkan, lanjut dia, maka daya saing industri akan semakin kuat. Terlebih lagi Indonesia memiliki dukungan lain seperti tenaga kerja yang murah dan sumber bahan baku yang tersedia di dalam negeri.
Ia mengaku, saat ini pihaknya telah berkoordinasi dan membahas masalah energi yang selama ini jadi kendala bagi para industri. Bersama Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil, pihaknya sedang mengkaji ulang terhadap harga energi.
"Kami minta Menko Perekonomian untuk mengambil langkah apakah kita mau mengambil pendapatan di depan atau belakang. Kalau di depan, tentu memang sebagai pendapatan, tetapi nantinya industri kita tidak bisa tumbuh. Tetapi kalau di belakang, maka multiplier effect akan terjadi di mana pendapatan negara akan semakin besar," pungkas Saleh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News