Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar mengatakan, Lapangan Duri menggunakan teknologi injeksi uap yang membuat produksi meningkat lima kali lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional.
"Keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus berinventasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun Enhanced Oil Recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak," kata Yanto, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat, 4 Mei 2018.
Ia menjelaskan Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rokan, di Provinsi Riau, yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 1958.
Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65 ribu barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah seiring penurunan tekanan di dalam reservoir.
Kemudian, CPI memulai pilot project injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Lalu, 10 tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi hingga mencapai 300 ribu barel per hari pada 1994.
"Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel," sebut dia.
CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News