PT Vale Indonesia sebagai produsen nikel matte terbesar di Indonesia, dapat menjadi contoh kreatif dalam pengolahan limbah tambang, serta mengembalikan fungsi lahan setelah eksploitasi.
Upaya Pengembalian Fungsi Lahan
Untuk mengembalikan fungsi lahan pascatambang, perusahaan merogoh kocek hingga USD30 ribu per hektare (ha). Pasalnya, bibit tumbuhan endemik dan lokal harus dikonservasi terlebih dahulu melalui proses yang disebut pembibitan. PT Vale Indonesia mengonservasi dan melakukan pembibitan intensif, dengan kapasitas mencapai 700 ribu bibit per tahun. Selain itu, perusahaan juga perlu mengonservasi lapisan tanah humus, sedalam 30-50 centimeter (cm) dari permukaan.
Setelah tanah yang mengandung bahan baku atau tanah ore selesai dieksploitasi, maka perusahaan perlu melakukan reklamasi untuk menutup kembali lubang bekas tambang. Dalam proses ini tanah humus yang telah dikonservasi juga dicampur dengan pupuk supaya menjadi makin subur.
Proses selanjutnya adalah revegetasi. Pada tahap inilah bibit tumbuhan yang telah dikonservasi kembali ditanam. Tahun ini PT Vale Indonesia berencana merehabilitasi 79 ha lahan. Namun sejak awal berdiri pada 1968, PT Vale telah merehabilitasi lebih dari 4.000 ha lahan.

Pengolahan Limbah Tambang yang Kreatif
Pengolahan limbah hasil tambang yang benar dan kreatif tidak hanya mampu mengurangi pencemaran dan polusi, namun juga memiliki nilai ekonomi tambahan bagi perusahaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah padat atau slag pascaproduksi, untuk membangun jalan tambang, dan kegiatan konstruksi lainnya. PT Vale Indonesia bahkan berencana menjual slag tersebut secara komersial kepada kontraktor atau pemerintah daerah untuk kegiatan pembangunan.
Sementara itu limbah udara hasil produksi dapat disaring kembali dengan menggunakan teknologi terkini, dengan nilai invetasi sebesar USD10 juta. Limbah udara atau debu yang mengandung logam dapat disaring, dan perusahaan dapat mengolah kandungan logam tersebut untuk menjadi metal yang dapat dijual. Dengan cara yang benar dan kreatif, proses pengelolaan limbah tambang dapat memberikan kenyamanan dan manfaat lebih bagi masyarakat dan perusahaan.

Investasi PLTA, Sumber Energi Ramah Lingkungan
Sejak 1978, PT Vale Indonesia telah berinvestasi membangun sumber energi yang ramah lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA menjadi strategis untuk proses produksi nikel mengingat wilayahnya yang kaya akan sumber daya air. Lokasi pengolahan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan memiliki tiga danau besar, yang terbesar diantaranya adalah Danau Matano. Hingga saat ini sudah ada tiga PLTA yang beroperasi, yaitu PLTA Larona, PLTA Balambano, dan PLTA Karebbe. Total kapasitas produksi PLTA tersebut mencapai 365 megawatt (mw).
PLTA telah menjadi aset penting bagi PT Vale Indonesia. Selain untuk mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi karbon bahan bakar fosil dari aktivitas pertambangan, biaya produksi nikel di PT Vale Indonesia juga menjadi sangat efisien. Selain itu ketiga PLTA juga berkontribusi memasok listrik masyarakat sekitar sebesar 10 megawatt (mw).
PLTA ini juga berkontribusi sebagai pemasukan negara, terutama melalui pembayaran retribusi air sebesar USD2 juta ke dalam kas pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, pembayaran pajak penerangan sebesar Rp1 miliar ke dalam kas pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Dengan proses-proses tersebut, perusahaan-perusahaan tambang Indonesia dapat menjaga keberlangsungan proses tambang yang hijau dan ramah lingkungan. (Mercy Widjaja dan A Laurens/Metro TV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News