Adapun proyek pertama yakni Lapangan Bangka yang telah berproduksi sejak Agustus 2016. Sementara, Gendaho-Gehem ditargetkan akan mulai produksi pada 2022. Pertemuan dan pembahasan yang dilakukan diharapkan bisa menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
"Salah satunya adalah membahas terkait perkembangan IDD dan kerja sama penggunaan fasilitas (Floating Production Unit/FPU) Jangrik dengan Eni untuk gas dari Gendalo-Gehem," kata Jonan, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis 27 Juli 2017.
Terkait hal itu, pihak Chevron menyatakan bila produksi Eni Merakes juga masuk ke Jangkrik maka pada 2029 FPU Jangkrik akan maksimal dan tidak dapat menampung gas dari Gendalo-Gehem. Lapangan Gehem akan menghasilkan gas 420 juta kaki kubik per hari (mmscfd), sedangkan Gendalo 700 mmscfd.
Selain gas, kondensat yang dihasilkan Gendaho-Gehem sekitar 50 ribu barel per hari. Sementara, kapasitas produksi FPU Jangkrik sebesar 450 mmscfd. Jadi diharapkan kapasitas FPU Jangkrik bisa meningkat hingga 800 mmscfd.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Jonan akan meminta SKK Migas untuk kembali mendiskusikannya baik dengan Chevron maupun Eni. "Sebagai follow up, saya minta SKK Migas diskusi lagi dengan kedua belah pihak," ujar Jonan.
Kepada delegasi Indonesia, Chevron menyampaikan bahwa saat ini mereka tengah mengembangkan sumber daya nonkonvensional di wilayah Marcellus Shale, Delaware Basin, dan Permian. Chevron juga telah menerapkan teknologi lanjutan EOR yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak di lapangan migas tua serta target dan realisasi program kerja drilling dan completion.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News