Anggota DEN Andang Bachtiar mengatakan, terdapat perbedaan antara kondisi yang terjadi saat ini dengan legalitas yang dikeluarkan pemerintah. Terdapat kelangkaan energi di beberapa lokasi di Indonesia, namun tidak serta merta artinya Indonesia sedang mengalami krisis energi.
"Kalau sekarang ini bilang kita lagi krisis. Itu perasaan saja. Karena secara legal kita tidak krisis amat," kata Andang dalam diskusi telekonferens di Hotel Dharmawangsa, Jalan Brawijaya, Jakarta, Senin 12 Mei 2017.
Andang menjelaskan, kondisi yang terjadi sekarang adalah kurangnya penemuan eksplorasi di sektor upstream sehingga capaiannya tidak sesuai dengan harapan dan belum bisa menggantikan energi yang selama ini sudah dikeluarkan.
"Jadi balik lagi apakah kita sedang krisis saat ini? upstream kita krisis penemuan eksplorasi belum bisa replace," ujar dia.
Ia juga mencontohkan Singapura yang tidak memiliki sumber daya minyak dan gas tidak 'kebakaran jenggot' soal krisis energi. Singapura justru mampu mengatur energi yang ada sehingga dapat menguntungkan negaranya.
"Orang lain tidak ada migas tidak apa-apa, Singapura bisa impor terus diekspor lagi. Kita secara independen dan ketahanan bisa memenuhi tidak," ujar dia.
Kedepannya, pemerintah akan mengandalkan teknologi aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk memproduksi minyak. Teknologi ini tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2025-2050. Namun yang menjadi tantangan adalah teknologi EOR membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk sampai tahap full scale.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News