Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto mengungkapkan Chevron telah mengajukan proposalnya terkait pengelolaan Blok Rokan setelah 2021. Dalam proposal tersebut, Chevron mengajukan teknologi EOR secara full scale.
Seperti diketahui, perusahaan tersebut telah melakukan uji coba teknologi EOR di Lapangan Minas dan Duri yang mampu menaikkan produksi hingga dua kali lipat.
"Satu-satunya yang berpengalaman (EOR) ya Chevron, bisa meningkatkan produksi ke tingkat seperti awal," kata Djoko seperti dikutip dari laman Ditjen Migas, Jumat, 8 Juni 2018.
Berdasarkan pengalaman tersebut, lanjut Djoko, apabila EOR berhasil diterapkan di Blok Rokan, maka produksinya dapat mencapai 500 ribu barel per hari. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) pada kuartal I-2018, produksi minyak Blok Rokan sekitar 210.280 barel per hari. Jumlah produksi ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan blok lainnya.
Selain Chevron, PT Pertamina juga berminat mengelola Blok Rokan. Namun berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 23 tahun 2018 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi yang Akan Berakhir Kontrak Kerja Samanya, kontraktor eksisting memperoleh keutamaan dalam pengelolaan blok migas yang berakhir kontraknya. Meski demikian, pemerintah masih melakukan evaluasi terhadap proposal yang diajukan Chevron.
"Belum tentu (diberikan ke Chevron). Cuma aturan menterinya kan ke Chevron dulu, kita evaluasi. Kalau negosiasinya tidak deal, tawarkan ke Pertamina," jelas Djoko.
Dalam menentukan pengelola Blok Rokan nantinya, ada beberapa kriteria yang ditetapkan Pemerintah. Antara lain mampu meningkatkan produksi serta dapat memberikan bonus tanda tangan yang besar bagi negara. Direncanakan keputusan pengelolaan blok ini akan diumumkan pada Juli 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News