ilustrasi. Dok : AFP.
ilustrasi. Dok : AFP.

BPH Migas Ramal Konsumsi Premium Solar Tahun Ini Jebol

Suci Sedya Utami • 08 Oktober 2019 22:04
Jakarta: Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memprediksi kuota bagan bakar minyak (BBM) jenis Premium akan melampaui batas (over kuota) 777.736 juta kilo liter (KL) hingga akhir tahun 2019.
 
Besaran tersebut merupakan batas perkiraan maksimal dari kisaran 108.799 KL-777.736 KL. Realisasinya nanti akan sangat tergantung pada permintaan hingga akhir 2019. Adapun realisasi konsumsi Premium hingga September mencapai 8,846 juta KL atau 80 persen dari total kuota yang ditetapkan.
 
Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfons Simanjuntak mengatakan kuota yang jebol tersebut disebabkan adanya peralihan konsumen BBM jenis umum ke jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP).

"Ya karena ada peralihan," kata Alfons lewat pesan singkat, Selasa, 8 Oktober 2019.
 
Apabila perkiraan tersebut tepat, maka menjadi yang pertama kali konsumsi Premium jebol sejak 2015. Dalam kurun 2015 - 2018, realisasi penyaluran Premium selalu di bawah kuota yang ditetapkan pemerintah.
 
Secara terpisah Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan peralihan konsumsi ke produk BBM yang lebih murah merupakan gejala alamiah.
 
"Kalau konsumen jelas memilih yang murah. Hanya konsumen tertentu mmepertimbangkan tingkat oktan karena berpengaruh ke mesin kendaraan mereka," ujar Komaidi
 
Kendati bukan masuk kategori BBM bersubsidi, namun menurut Komaidi, beban Pertamina semakin besar dengan adanya penjualan Premium.
 
Di sisi lain, realisasi penyaluran jenis bahan bakar tertentu (JBT) yakni Solar mencapai 11,899 juta KL per September dari total kuota sebesar 14,5 juta KL. BPH Migas memprediksi adanya kelebihan kuota batas atas solar subsidi mencapai 16,1 juta KL atau jebol 1,6 juta KL pada akhir 2019.
 
Komaidi menambahkan dari sisi keuangan negara, volume over kuota solar tidak terlalu besar. Demikian pula, untuk dana penggantian pemerintah atas penjualan Premium. Menurut dia dengan mempertimbangkan beban Pertamina, sebaiknya pemerintah perlu melakukan penyesuaian harga BBM.
 
"Kalau lihat belakang sih, memang seharunya naik, tapi kan ini kebijakan politis. Beban pun digeser ke Pertamina, sekarang terlihat Kementerian Keuangan juga lagi cari solusi bagaimana bisa melakukan penggantian," usul Komaidi.
 
Dengan perkiraan realisasi penyaluran JBT dan JBKP yang tidak sesuai dengan target, menunjukkan pemerintah kurang melakukan pertimbangan dalam menentukan volume konsumsi tahunan. Ia pun memperkirakan konsumsi Solar subsidi dan Premium akan terus menguat pada tahun depan.
 
Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengakui adanya penurunan penjualan Pertamax, tetapi ada kenaikan penjualan Pertalite.
 
“Kami masih dorong konsumen terus beralih ke BBM yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan,” ucap Fajriyah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan