Hal itu disampaikan Head of Department Strategic Stakeholder Management PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Santiaji Gunawan yang mengatakan pernah berbincang langsung dengan Ganjar. Dia menuturkan Ganjar mengeluhkan keberadaan gas bumi yang hanya berada di Jawa Barat dan Jawa Timur saja. Sementara Jawa Tengah tidak tersambung jaringan gas dan hanya terlewati.
"Ini central Jawa kok ra ono (kok tidak ada) gas. Yang banyak kok Jawa Timur. Iya dia (Ganjar) langsung bilang," tutur Setiadji di Semarang, Jumat, 4 Oktober 2018.
Ganjar juga menjelaskan Jawa Tengah memerlukan gas bumi karena ada berbagai macam industri. Dia pun menyebut salah satu industri yang mayoritas menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar adalah sektor industri makanan.
"Dia bilang, dia gemas Jawa Tengah kan Central Java, kok hanya dilewati pipa. Gasnya enggak ada. Makanya PGN merasa bertanggung jawab," ungkap dia.
Oleh sebab itu, tambah Santiaji, PGN membuat infrastruktur sementara yaitu Pressure Reducing Station CNG Tambak Aji, Semarang. Infrastruktur ini memiliki kapasitas menyalurkan gas 1.000 m³ per jam. Melalui infrastruktur ini PGN mendistribusikan gas bumi dari kawasan industri Tambak Aji ke arah kawasan industri Wijayakusuma.
"Ini lah solusi alternatif sebelum ada gas bumi ada CNG. Ini loh pak keinginan bapak (Ganjar) terwujudkan. Kita pakai CNG," kata dia.
Hingga 2019, pengelolaan gas PGN di Jawa Tengah untuk niaga mencapai 0,3 BBTUD. Jumlah pelanggan industri di Jawa Tengah mencapai 13 pelanggan. Sementara jumlah pelanggan rumah tangga mencapai 2.402 SR.
Jika menggunakan gas bumi, penghematan pembelian bahan bakar oleh industri Rp12 miliar per tahun. Sedangkan penghematan devisa atas impor bahan bakar sebesar Rp32 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News