Dia pun mengimbau PLN untuk berlaku transparan dengan membeberkan parameter dan indikator mesin yang digunakan dalam proyek berkapasitas 2 x 800 mw dalam tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Jawa 1.
"Tender PLTGU Jawa 1, PLN melibatkan anak usahanya yakni PT PJB (PT Pembangkit Jawa Bali). Bila dibeberkan secara transparan, peserta tender lain memiliki efisiensi mesin, harga dan kompetensi yang lebih baik," kata Fahmy Radhi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Keterlibatan anak usaha PLN pun diminta sebagai salah satu peserta tender, mesti disikapi PLN secara fair dan transparan. Ia menilai apabila indikator kompetensi dan rekam jejak, maka ada konsorsium lain dengan mesin yang lebih efisien yang bisa memenangi tender.
"General Electric mempunyai teknologi pembangkit listrik dan gas terbaru yang lebih efisien. PLN harus memilih pemenang tender proyek PLTGU 1 yang memang benar-benar terbaik. Silakan dibuka secara transparan kepada publik," ujar mantan anggota tim Reformasi Tata Kelola Migas itu.
Anggota DPR Komisi VII Kurtubi sebelumnya mengatakan jika dirinya tidak setuju jika anak usaha PLN mengikuti tender megaproyek kelistrikan dengan melibatkan konsorsium yang di dalamnya ada perusahaan swasta asing Mitsubishi.
Menurutnya, pembagian saham untuk PLTGU Jawa 1 tidak bisa dimiliki mayoritas PT Pembangkit Jawa Bali (PJB). "Persoalannya di situ ada swasta asing," ujar Kurtubi beberapa waktu lalu.
Kurtubi mengaku lebih senang jika PLN meminjam uang ke bank untuk menggarap sendiri proyek PLTGU Jawa 1, karena dengan begitu kepemilikan pembangkit listrik akan dikuasai 100 persen perseroan.
Sebagai informasi peserta konsorsium PLTGU Jawa 1 diikuti empat konsorsium, pertama Pertamina, Marubeni, Sojitz, General Electric. Kedua Medco, Korea Power Electric Corporation (Kepco) dan Nebras Power Qatar. Ketiga Mitsubishi, PJB, Rukun Raharja, keempat Adaro dan Sembcorp.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News