Pengamat energi yang juga merupakan Direktur Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menilai, jika Petral yang bersarang di Singapura dibubarkan, maka akan berdampak pada kerugian. Pasalnya, peredaran uang di Petral bukan hal yang kecil. Petral sendiri mampu memenuhi pengadaan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri lebih dari 50 persen.
"Harus hati-hati, karena peredaran atau perputaran uang yang ada di Petral sangat besar. Petral bisa membuka LC (letter of credit) di Singapura sampai dengan Rp60 triliun-Rp75 triliun," kata dia di Jakarta, seperti ditulis Minggu (7/12/2014).
Jika nantinya Petral dipindahkan ke domestik, Komaidi ragu sindikasi perbankan nasional bakal mampu memberikan kredit sebesar itu. "Apalagi kalau satu perbankan, bukan tidak mampu dalam likuiditasnya. Tapi dalam ketentuan moneter memang tidak memungkinkan untuk memberikan kredit sebesar itu," ujar Komaidi.
Terlebih lagi, kalau sampai dibubarkan maka akan berdampak pada kelangsungan pasokan BBM dalam negeri. Bisa di bayangkan tidak ada BBM satu hari saja kekacauan yang terjadi luar biasa.
Bagaimana jika sebulan tanpa BBM, maka aktivitas produksi, transportasi, distribusi dan mobilitas masyarakat bakal terganggu.
"Pasar di dunia terkait minyak hanya ada 5, salah satunya di Singapura, jadi kalau kita mau pindah ke domestik bisa saja dilakukan tapi mengubah tata kelola dengan sistem yang berjalan 10 tahun bukan perkara yang mudah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News