Senior Executive Vice President Departemen Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PT PLN (Persero) Yudi Setyo Wicaksono mengatakan, saat ini kontribusi EBT dari PLTS atap baru 23 megawatt atau setara 0,23 persen.
"Padahal PLN menargetkan PLTS atap bisa berkontribusi sebesar 974 megawatt atau enam persen pada 2023. Jadi saat ini memang masih kecil kontribusinya," ujar Yudi saat mengisi diskusi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019.
Meski demikian, Yudi mengatakan ada peningkatan pertumbuhan konsumen seiring diterbitkannya Permen ESDM tentang PLTS. "Sebelum Permen pertumbuhannya 73,5 persen secara tahunan, setelah permen jadi 135,4 persen," kata dia.
Adapun menggunakan PLTS atap memiliki keuntungan. Dalam Permen dikatakan, perhitungan ekspor dan impor energi listrik dari Sistem PLTS Atap, ketentuannya jika energi listrik yang diproduksi PLTS Atap mayoritas digunakan sendiri, kelebihan tenaga listrik (Excess Power) bisa diekspor ke PLN dengan skema dikalikan 65 persen.
Artinya, lisrtik hasil PLTS yang dijual ke PLN dihargai sebesar 65 persen dari tarif listrik yang berlaku. Selain itu, pelanggan juga bisa menggunakan deposit energi untuk mengurangi tagihan listrik bulan berikutnya. Ketentuan ini berlaku jika terdapat kelebihan ekspor listrik ke PLN.
"Ke depan kami terus menjaga kualitas PLTS Atap dengan menjalankan skema bisnis yang fair untuk pelanggan dan PLN," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News