Sekretaris Jenderal KEN Muhammad Sani mengungkapkan, jarak waktu eksplorasi di Indonesia termasuk terlama di dunia yakni 10 tahun. Bahkan untuk lapangan Abadi Blok Masela jarak waktunya sudah menghabiskan sekitar 15 tahun namun belum juga berproduksi.
"Waktu antara eksplorasi dan pengeembangan terlalu lama menjadi tidak menarik untuk investor. Lead time kita adalah yang terbesar diseluruh dunia," kata Sani, dalam sebuah diskusi, di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Menurutnya cadangan di Indonesia masih cukup banyak dan masih bisa dikembangkan lebih baik lagi. Namun sayangnya, karena jarak waktu yang terlalu lama tersebut menjadi kendala utama investor tertarik di sektor itu.
"Karena terlalu lama, karena uang ditahan lama, atau juga mungkin tidak menguntungkan kontraktor," ucap dia.

Pekerja memeriksa pipa saluran gas
Selain karena waktu, tambanya, harga yang ditawarkan untuk sekadar eksplorasi awal di Indonesia itu terlampau tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Contohnya, untuk pengerjaan seismik di Indonesia dihargai rata-rata USD10.000 sampai USD15.000 per kilometer. Sedangkan di luar negeri hanya setengah harga tersebut.
"Dibandingkan dengan industri di luar, harga-harga di Indonesia saja masih sangat tinggi. Harus dievaluasi bagaimana bisa bersaing? Seperti per kilometer untuk seismik itu USD10.000 sampai USD15.000. Ini sangat tidak menarik, di luar bisa lebih dari separuh," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News