Ilustrasi. (FOTO: MI/Panca Syurkani)
Ilustrasi. (FOTO: MI/Panca Syurkani)

Strategi Harga Jual Tepat Dorong Konsumsi Pertamax

Arif Wicaksono • 22 Mei 2016 14:13
medcom.id, Jakarta: PT Pertamina (Persero) menggelontorkan strategi pemasaran untuk memperkecil selisih harga antara bahan bakar minyak (BBM) subsidi dengan nonsubsidi.
 
Langkah tersebut dilakukan guna meningkatkan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK), seperti pertamax, pertamax plus, dan pertalite. Di mana sepanjang setahun terakhir, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen.
 
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahean, mengatakan selisih harga sangat berpengaruh dalam peningkatan penjualan pertamax series dan pertalite.

"Komponen harga sangat berpengaruh pada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam penggunaan BBM," ujar Ferdinand dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu (22/5/2016).
 
Menurut Ferdinand, jika melihat fakta di lapangan, mobil-mobil mewah pun sering menggunakan premium yang sebetulnya tidak cocok dengan spesifikasi kendaraan tersebut. Namun karena faktor harga masih sangat dominan, akhirnya banyak yang tetap membeli premiun.
 
"Nah, dengan selisih harga yang tidak begitu jauh, maka orang lebih memilih BBM dengan kualitas lebih baik," kata dia.
 
Dia menambahkan, peningkatan konsumsi pertamax series saat ini belum bisa dinyatakan sebagai akibat dari kesadaran masyarakat, meski memang faktor itu ada tapi relatif sangat kecil.
 
Pada 15 Mei 2015, selisih harga pertamax dengan premium tercatat mencapai Rp.2.200 per liter. Jika harga premium sebesar Rp7.400 per liter, pertamax saat ini dibanderol Rp9.600 per liter. Sementara itu, pada 15 Mei 2016, selisih harga premium dan pertamax tidak lebih hanya Rp900 per liter.
 
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, menambahkan, formula harga yang digunakan Pertamina saat ini sesuai dengan harga keekonomian. Dengan harga sekarang wajar masyarakat saat ini sudah bisa memilih BBM yang berkualitas.
 
"Itu artinya pertamax kan kita tahu memang lebih bagus dari premium kemudian harga saat BBK saat ini memang tidak terlalu jauh dari premium," tutur dia.
 
Menurut Marwan, dampak lingkungan juga menjadi perhatian masyarakat sehingga meskipun harga lebih mahal dibanding kualitas yang lebih mahal tapi tidak jadi soal dan masih dianggap mengungtungkan. "Kecuali naik lagi signifikan berbarti nanti lain lagi ceritanya," ujar dia.
 
Sementara itu, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dhalimi, mengatakan pertamax dan pertalite memang berbeda untuk kerja mesin mobil atau sepeda motor.
 
"Kalau harganya murah, pasti masyarakat nantinya akan beralih ke sana," tegas dia.
 
Pertamina mencatat konsumsi pertamax yang memiliki oktan (RON) 92 meningkat dari 8 ribu kiloliter (KL) per hari menjadi 10 ribu KL per hari. Sementara itu, pertalite, BBM beroktan 90 itu juga menunjukkan hal yang positif. Hingga April 2016, konsumsi pertalite sudah mencapai 600 ribu KL.
 
Sekadar informasi, Pertamina per 15 Mei menurunkan lagi harga BBK. Harga pertamax turun sebesar Rp200 per liter untuk seluruh provinsi di Jawa dan Bali menjadi Rp7.350-Rp7.450 per liter dan menurunkan sebesar Rp300 per liter untuk daerah lainnya menjadi Rp7.700-Rp10.650 per liter.
 
Adapun pertamax plus penurunan Rp200 per liter diberlakukan untuk wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan wilayah lainnya turun Rp300 per liter. Sedangkan Pertamina Dex penurunannya seragam di angka Rp300 per liter untuk semua wilayah yang telah tersedia bahan bakar dengan spesifikasi Euro 4 tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan