Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan pihaknya saat ini berfikir keras untuk mencari cara agar bisa menekan biaya pokok penyediaan (BPP) pembangkit yang mempengaruhi tarif listrik ke pelanggan.
"Bagaimana menurunkannya, caranya ada banyak yaitu pemanfaatan batu bara energi murah, yang lainnya kita sedang minta supaya gas-gas dari hulu itu harganya bisa lebih kompetitif," kata Sripeni di kantor pusat PLN, Jakarta Selatan, Rabu, 27 November 2019.
Berdasarkan data PLN per Oktober terkait perbandingan tarif listrik industri di ASEAN, Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang tarifnya sebesar Rp984/kWh. Tarif listrik industri di Indonesia sebesar Rp997/kWh. Sementara negara Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina masing-masing sebesar Rp1.034/kWh, Rp1.077/kWh, Rp1.657/kWh dan Rp1.347/kWh.
Bahkan Vietnam berencana untuk meningkatkan penggunaan bahan baku batu bara lebih masif. Jika hal ini dilakukan bukan tidak mungkin tarif listrik di negara tersebut akan bisa diturunkan.
Oleh karenanya Sripeni pun mengatakan pihaknya juga masih akan menjadikan batu bara sebagai bahan baku utama untuk energi primer. Dia bilang hingga 2025 penggunaan batu bata masih 50 persen.
Lebih jauh Sripeni menambahkan pihaknya akan melakukan upaya-upaya efisiensi dalam hal operasional dengan melakukan pemeliharaan yang lebih baik.
"Ini juga diatur dan dijaga dengan baik supaya mestinya hemat, enggak boros. Itu yang ada dalam kendali kita," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News