Sejak Oktober tahun lalu, komitmen investasi di Indonesia mencapai Rp800 triliun. Dari jumlah itu, baru Rp200 triliun yang diselesaikan akibat ulah 'hantu berdasi' itu.
"Menyelesaikan investasi di Indonesia tidak cukup dengan regulasi karena banyak hantu-hantu berdasi. Mereka itu ada seperti angin, dapat dirasakan tapi tidak bisa disentuh, dan yang bisa menyelesaikan hantu itu hanya orang yang pernah menjadi hantu. Kalau enggak repot ini barang," kata Bahlil di Bali, Jumat, 14 Februari 2020.
Ia mengatakan mafia berdasi tersebut berasal dari dalam dan luar negeri. Misalnya, ulah mafia tersebut mengakibatkan proyek petrokimia di Kilang Bontang yang digarap oleh PT Pertamina (Persero) mangkrak.
"Ibu Dirut Pertamina (Nicke Widyawati) lagi geleng-gelang kepala karena hantunya lagi ada di investasi mangkrak," tuturnya.
Menurutnya Pertamina dan perusahaan Taiwan CPC sudah dua tahun melakukan pendekatan. Namun usaha itu tak juga mencapai kesepakatan dalam pembentukan perusahaan patungan (joint venture).
Akhirnya, Bahlil meminta izin kepada Presiden Joko Widodo dan Nicke untuk ikut andil menyelesaikan masalah tersebut dengan gaya preman ala pengusaha. Sebab, Bahlil berlatar belakang sebagai pengusaha. Ia pun pernah menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).
"Saya kasih tahu sama petinggi CPC, Ibu Nicke ini perempuan, yang mau bukan hanya Taiwan, ada laki-laki bule juga mau, laki-laki Arab juga mau, jadi kalau kamu enggak teken jangan salahkan saya kalau tiga hari kemudian dipinang oleh laki-laki Arab. Saya gituin," cerita Bahlil.
Ia bilang tiga jam setelahnya Nicke memberitahu bahwa CPC akan segera menandatangani JV tersebut. "Saya bilang memang syarat-syarat begini cuma tukang injak kaki saja yang bisa selesaikan," ujar Bahlil.
Pertamina bersama CPC akan membangun industri petrokimia di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Industri senilai Rp100 triliun itu rencananya akan mulai dibangun tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News