Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan hal itu sepenuhnya dipegang oleh operator mayoritas yang akan mengelola blok yang berada di Kalimantan Timur pasca 2017 yakni PT Pertamina (Persero).
Begitu juga terkait dengan alasan Total yang menyatakan lamanya keputusan bergabung atau tidaknya perusahaan asal Prancis itu lantaran belum memegang draf asli terkait Production Sharing Contract (PSC) yang ditandatanganinya Desember 2015 lalu.
"Kita (Pemerintah) sudah tanda tangan kontrak dengan PT Pertamina. Itu urusan Pertamina dan konstruksi. Kita enggak intervensi lagi," ungkap Wirat, di Kantor Direktorat Jenderal Migas, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (26/4/2016).
Vice President Human Resources Total E&P Indonesie, Arividya Novianto, mengaku masih membutuhkan waktu untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai kandungan di blok yang berada di Kalimantan Timur tersebut. Total juga melihat kondisi harga minyak dunia saat ini.
"Dengan harga dan kondisi sekarang, memang kami butuh waktu studi lebih lanjut, untuk melihat apakah kita ikut bisa confirm 15 persen itu atau tidak, karena lapangannya masih review juga, bukan hanya dilihat dari PSC term-nya," kata Novianto.
Novianto menjelaskan, Total begitu selektif dalam me-review lapangan yang ada. Misalkan lapangan tersebut setelah dikaji masih dianggap memiliki potensi yang baik, pastinya ada satu stimulus yang mendorong total bergabung di Mahakam.
"Tapi kita melihat juga setiap lapangan evolusinya bisa berbeda-beda. Bisa membaik dan menurun. Kalau lapangan be-haviornya lebih baik dari prediksi tentunya itu akan men-triger kita untuk join," pungkas Novianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News