"Melalui APBN, sehingga kedepannya berbagai investor bisa melakukan kesempatan investasi, baik itu kerja sama publik dengan pemerintah atau sebaliknya. Sehingga bisa terfasilitasi. Sebesar 10 kali lipat atau sekitar 10 triliun rupiah untuk memacu energi baru terbarukan," kata Widyawan, dalam acara Tropical Landscape Summit 2015, Hotel Shangri La, Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Senin (27/4/2015).
Terkait investasi hijau, Widyawan mengatakan akan mensikronkan rencana kebijakan energi nasional, dimana sekitar 23 persennya berasal dari energi baru terbarukan.
"Terkait investasi hijau, kami akan mensikronkan rencana kebijakan energi nasional 23 persen berasal dari energi baru terbarukan. Kalau tidak melakukan terobosan tidak akan bisa. Kita masih didominasi fossil fuel," ungkap dia.
Tantangan dalam hal ini, Widyawan menjelaskan, dalam jangka pendek seperti masalah pembiayaan yang tidak sebanding dengan biaya yang dilakukan bila menggunakan energi fossil fuel. Jadi melalui APBN yang ditambahkan 10 kali lipat kedepannya diharapkan berbagai kesempatan investasi akan masuk.
Lebih lanjut, dia mengatakan, energi yang digunakan bisa berbentuk solar sel, air (hydro), geothermal, angin, dan lain-lain. "Kita juga konsisten memanfaatkan bioenergi. Contohnya mandatori B-15 pada solar kita. Walaupun itu harganya mahal itu merupakan suatu terobosan insentif agar biodiesel digunakan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News