"Kebijakan kita dalam memformulasikan harga BBM adalah melihat daya beli, sustainabilitas APBN dan sustainabilitas BUMN. Tiga sisi ini tetap kita jaga," katanya dalam acara press tour di Novotel, Nusa Dua, Bali, Kamis, 6 Desember 2018.
Menurut Sri, ekonomi Indonesia bisa tumbuh lima persen karena didorong oleh daya beli masyarakat menengah ke bawah yang cukup solid. Inflasi juga terkendali di bawah tiga persen lantaran ditopang oleh penguatan daya beli.
"Survei menggambarkan daya beli cukup solid di kelas menengah bawah. Menyebabkan pertumbuhan konsumsi di atas lima persen," imbuh dia.
Karenanya, dalam menentukan besaran harga BBM pemerintah akan menjaga momentum daya beli masyarakat. Apalagi selama ini penaikan harga BBM selalu menggerus daya beli.
Pada 2018, pemerintah mengerek harga BBM serta penambahan subsidi listrik untuk pengguna tegangan 900 Volt ke bawah. Perubahan itu mengikuti harga minyak dunia dari asumsi APBN yang sebelumnya USD48 per barel menjadi USD60 per barel. Nyatanya perubahan tersebut tidak serta merta menekan konsumsi.
"Kenaikan harga minyak tinggi menyebabkan Pertamina keuangannya tertekan. Makanya ditambahkan dari Rp500 jadi Rp2.000. Elpiji juga, listrik juga," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id