Presiden Direktur Pertamina Internasional EP Slamet Riadhy mengungkapkan, di 2025 diperkirakan produksi Pertamina hanya mencapai 600 ribu barel. Sedangkan kebutuhan minyak mencapai dua juta barel. Kebutuhan tersebut juga serupa dengan kebutuhan gas nasional.
"Apa yang terjadi di 2025 produksinya ada di bawah 600 ribu barel sedangkan kebutuhan kita dua juta barel. Kita nanti banyak impor. Begitu juga dengan gas di 2019 kita akan impor gas," kata Slamet, dalam pertemuan dengan media, di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Slamet tidak menampik sejak 2003 Indonesia telah menjadi nett importir minyak. Hal itu membuat defisit kian membengkak hingga di 2015 diperkirakan tingkat konsumsi mencapai 1,5 juta Barel Oil Per Day (BOPD). Sedangkan produksi 825 ribu BOPD belum cost recovery dan profit sharing.
"Defisit semakin membesar. Tahun 2015 tingkat konsumsi 1,5 juta BOPD dan produksi 825 BOPD belum cost recovery dan profit sharing," jelas Slamet.
Menurutnya, ekspansi hulu migas harus dilakukan untuk mengamankan kebutuhan energi di Indonesia. Slamet menambahkan, Pertamina telah berjanji kepada pemerintah pada 2025 akan menyumbang produksi sebanyak 1,9 juta BOPD terdiri dari 600 ribu dari blok luar negeri dan sisanya dalam negeri.
"Dalam keadaan seperti itu, Pertamina pernah menjanjikan ke pemerintah akan punya produksi dari luar negeri 1,9 juta BOPD," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id