Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno mengatakan tranformasi digital telah menekan biaya operasional Pertamina di seluruh lini bisnis. Manajemen keandalan fasilitas dan aset juga bisa teratasi lebih cepat karena dikelola secara terpusat dan real-time.
"Saya senang melihat perkembangan digitalisasi dari aktifitas Pertamina. Bukan hanya membicarakan retail tapi bagaimana teknologi ini dimanfaatkan untuk aktifitas dari Pertamina sejak di hulu," kata Rini saat menghadiri Pertamina Digital Expo 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2019.
Teknologi digital yang dimanfaatkan Pertamina saat ini bisa mengetahui jumlah cadangan Migas di blok-blok milik Pertamina. Selain itu, kata Rini, penerapan metode dan inovasi yang beragam pun bisa membantu Pertamina menghasilkan produk berkualitas tinggi dan menekan nilai impor.
"Bagaimana kombinasi menjaga produk mahal bisa dibuat di sini, sehingga impor kita kalau jumlahnya besar tapi nilainya seminimal mungkin," ungkapnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan transformasi sistem digital kini digunakan sebagai salah satu penunjang kegiatan pencarian hingga penyaluran Migas nasional. Efisiensi usaha juga ditujukan untuk merealisasikan penugasan negara dengan tetap meningkatkan pendapatan Pertamina.
"Bisnis proses ke arah digitalisasi ini arahnya ke revenue lebih baik. Kami semua komitmen untuk terus jalankan digitalisasi ini karena 58 persen karyawan Pertamina milenial, mereka terlibat dalam transformasi," kata Nicke.
Menurut dia, pemanfaatan teknologi digital yang sistemnya dibuat anak bangsa ini sudah diterapkan seperti pada kegiatan pencarian dan pengelolaan sumber Migas. Ribuan sumur yang dikelola Pertamina juga diproyeksikan bisa produktif dalam beberapa tahun mendatang.
"Kami bangun digital oil field, sumur yang dikelola Pertamina ada ribuan jadi kalau enggak dilakukan secara digital kurang efektif," tuturnya.
Penerapan sistem digital juga bisa dimanfaatkan dalam penyaluran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Elpiji agar bisa diterima oleh masyarakat. Menurut Nicke, lebih dari 80 persen penjualan produk Pertamina telah disubsidi dan merupakan tugas negara.
"Ketika digitalisasi bisa memonitor dan evaluasi analisa pembeli Pertamina, ini akan dorong ke arah subsidi tepat sasaran," ungkapnya.
Beralih Memanfaatkan Tranformasi Digital
Pemanfaatan teknologi di era industri 4.0 yang diterapkan Pertamina (Persero) telah meningkatkan layanan eksternal dan internal. Transformasi digitalisasi bahkan diperluas ke sejumlah proses bisnis mulai dari hulu hingga hilir.
Nicke memaparkan Pertamina akan terus menjawab tantangan bisnis di masa depan. Langkah strstegis ini juga menjadi cara Pertamina dalam mengatasi persaingan global. Tujuan utama transformasi digital salah satunya untuk meningkatkan layanan Pertamina baik untuk pelanggan ataupun proses bisnis internal.
"Apalagi kami memiliki ribuan SPBU dan agen LPG yang jika tidak diatur secara digital tentu akan sulit. Namun untuk pelaksanaannya, kami sadar bahwa kami harus bekerjasama dengan partner yang sudah berpengalaman. Karena itu, kami akan masuk ke dalam ekosistem tersebut," ujar Nicke.
Pertamina telah melakukan transformasi digital dengan membangun Upstream Cloud dan Big Data Analytic di sektor hulu sebagai bagian dari optimasi penggunaan aplikasi Petrotechnical yang tersentralisasi dan terintegrasi. Sementara di pengolahan, Pertamina menyiapkan predictive maintenance yang terintegrasi melalui adopsi advanced analytics, sehingga meminimalkan terjadinya unplanned shutdown.
Move on pengelolaan di perusahaan Migas modern juga dilakukan hingga ke sektor hilir. Pertamina terus melanjutkan program utamanya yakni digitalisasi SPBU dan Terminal BBM untuk memonitor ketahanan stok dan distribusi BBM secara nasional.
Dalam proses pengadaan barang dan jasa, Pertamina menerapkan Digital Procurement. Pemanfatan tenologi modern ini diprediksi memberikan kontribusi efisiensi terbesar sekitar Rp1,5-2 triliun per tahun.
Pertamina Siap Bersaing
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan teknologi digital di sektor migas sudah lazim diterapkan perusahaan multinasional. Contohnya, kerja sama yang dilakukan Repsol dengan Google dan Chevron dengan Microsoft.
Model bisnis digital juga telah dilakukan Pertamina dengan berkolaborasi bersama perusahaan BUMN. Strategi membangun ekosistem baru yang saling menguntungkan seperti peran Telkom di SPBU serta pengembangan program loyalti MyPertamina dengan alat pembayaran LinkAja.
"Saya mengharapkan dan mendorong agar bentuk-bentuk ekosistem digital ini terus dikembangkan, tidak hanya meningkatkan value bagi perusahaan BUMN, namun juga memberikan dampak yang signifikan bagi negara dalam era Industri 4.0 ini,” ucap Fajar.
Pertamina juga diharapkan mampu terus beradaptasi dengan kecepatan perkembangan inovasi teknologi digital dan tidak hanya puas pada pencapaian saat ini. Inovasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dan dapat menjawab tantangan fenomena disrupsi bisnis terutama volatility, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA).
"Saya yakin bahwa milenial Pertamina juga mampu berkiprah dan bersaing menghadapi tantangan VUCA dan menjadikan Pertamina makin sehat dan menjadi kebanggaan bangsa,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News