Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan pembangunan dan beroperasinya jalan tol. Namun di sisi lain, pasokan BBM tak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi bahan bakar tersebut.
Dalam sehari, jelasnya, Indonesia mengimpor BBM lebih dari setengah juta barel. Bila hal tersebut dibiarkan, maka membuat pembengkakan pada impor bahan bakar mencapai dua kali lipat dalam kurun waktu lima hingga enam tahun ke depan.
"Maka idenya kita campurkan fame (minyak kelapa sawit atau biodiesel) supaya neraca dagang kita tidak terlalu defisit untuk impor BBM," kata Jonan dalam peluncuran uji coba B30 di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Juni 2019.
Baca juga: ESDM Mulai Uji Coba Bahan Bakar B30
Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana mengharapkan mandatori B30 ini membuat konsumsi biodiesel dalam negeri pada 2025 akan meningkat hingga mencapai 6,9 juta kilo liter. Kondisi demikian bisa menghemat impor solar.
Pada 2018, konsumsi biodiesel telah mencapai 3,8 juta kilo liter, di mana implementasi B20 telah dilakukan secara luas. "Delapan sampai sembilan kilo liter akan kita hindari impor solar. Berapa nilainya? Dikalikan saja misalnya HIP (Harga Indeks Pasar) solar per liter Rp8.900. Kalau 8-9 kilo liter sekitar Rp70 triliun atau USD6 miliar," tutur Dadan.
Lebih lanjut, Dadan menjelaskan pengembangan bahan bakar biodiesel merupakan program strategis pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi melalui diversifikasi energi dengan mengutamakan potensi energi lokal.
"Tak hanya itu, keberadaan program biodiesel nasional akan menghemat devisa, mengurangi ketergantungan impor BBM, dan meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui hilirisasi industri kelapa sawit," jelas Dadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News