Ilustrasi. Antara/Zabur Karuru
Ilustrasi. Antara/Zabur Karuru

Konversi Energi Dorong Stabilitas Ekonomi

Rizky Noor Alam • 15 Februari 2015 16:08
medcom.id, Jakarta: Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati berpendapat bahwa secara keseluruhan kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal IV/2014 belum dalam kondisi yang aman dan peluang defisit masih cukup terbuka. Hal tersebut disebabkan pertama, harga komoditas yang masih rendah sehingga menyebabkan kegiatan ekspor jadi kurang maksimal.
 
"NPI secara keseluruhan belum aman, peluang defisit masih terbuka," ungkap Enny saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (15/2/2015).
 
Dia menambahkan, selain masalah harga komoditas yang masih rendah, hal lain yang berpotensi mempengaruhi NPI adalah neraca jasa, di mana dalam hal ini penyumbangnya adalah jasa asuransi.

"Sekarang ini kan ada inisiasi untuk membentuk lembaga reasuransi dengan menggabungkan tiga BUMN asuransi. Kalau hal itu sampai terjadi maka akan dapat mengurangi tekanan neraca jasa," ujarnya.
 
Hal ketiga yang juga perlu diperhatikan menurut Enny adalah neraca modal. Pasalnya hal tersebut akan mengganggu seiring rencana kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi akan mendorong terjadinya capital outflow di dalam negeri. Namun, menurut Enny hal tersebut dapat diatasi jika pemerintah mampu mengkompensasi dengan mendorong investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) untuk masuk ke dalam negeri.
 
"Kalau pemerintah mampu mengkompensasi dengan FDI maka ini bagus karena akan berdampak ke surplusnya neraca modal kita. Tapi tentunya untuk memancing FDI ini kita harus tahu apa yang dibutuhkan investor, misalnya masalah penyederhanaan perizinan dan pembangunan infrastruktur, kalau pemerintah fokus maka akan mendorong FDI," paparnya.
 
Yang terakhir yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah mengenai konversi energi dan diversifikasi energi, karena dengan rendahnya harga minyak dunia saat ini adalah momentum yang baik untuk melakukan kedua hal tersebut.
 
"Ini momentum yang berikan keleluasaan pada pemerintah, karena kondisi harga minyak yang masih rendah, ditambah lagi subsidi BBM dalam negeri pun sudah dikurangi. Seharusnya dengan penghematan fiskal yang sedang dinikmati, pemerintah mulai mendorong untuk melakukan konversi dan diversifikasi energi, jangan sampai rendahnya harga minyak membuat kita terlena dan melupakan hal itu," cetus Enny.
 
Menurutnya, jika konversi dan diversifikasi tersebut serius dilakukan oleh pemerintah maka, dimasa depan Indonesia dapat meminimalkan gejolak yang terjadi di dalam negeri, saat harga minyak dunia kembali ke harga normal. Hal tersebut disebabkan Indonesia sudah memiliki pilihan energi yang lebih murah dan efisien.
 
"Konversi dan diversifikasi energi ini nanti juga akan mendorong produktivitas kita, karena dengan adanya energi yang murah dan lebih efisien maka persaingan industri kita akan semakin baik dan produktivitas juga terdorong karena pakai energi yang murah. Akibatnya selain menciptakan kedaulatan energi, juga menjaga stabilitas ekonomi kita," pungkas Enny.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan