Komitmen tersebut dilakukan oleh PT Len Industri, PT Pertamina, PT Bukit Asam yang merupakan anggota holding Inalum serta PT PLN. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan komitmen tersebut dilakukan dalam rangka membantu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen di 2025.
"BUMN memang sekarang jadi tumpuan. Kegiatan BUMN mau enggak mau, punya usaha yang kontribusi 17 persen dari GDP (produk domestik bruto). Tapi kalau itu bisa pakai energi bersih, maka luar biasa. Enggak cukup tanam pohon," kata Fajar dalam FGD roadmap pengembangan EBT di lingkungan BUMN di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Juli 2019.
Fajar mengatakan pengembangan PLTS bukan hanya melalui solar photovolaik (PV) yang dipasang di atas atap gedung perkantoran, namun juga yang dipasang secara terapung di air. Fajar bilang salah satunya yakni PT Inalum yang akan memasang di bendungannya.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM FX Sutijwstoto mengatakan pentingnya sinergi dengan BUMN. Dia bilang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) ditargetkan pembangkit sebesar 6.500 megawatt (mw). Namun PT PLN hanya menyanggupi untuk membangun 1.000 mw, sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu membiayai 200 mw. Artinya masih ada gap sekitar 5.000 mw lebih.
Maka dari itu BUMN bisa membantu mengembangkan melalui pemanfaatan sinar matahari dengan membangun solar PV. Energi listrik yang dihasilkan dari solar PV tersebut bisa dijual untuk mengisi gap tersebut.
"Dengan sinergi ini mari kita maju sama-sama. BUMN dapat dolarnya, karena kan tidak boleh rugi. Kami Kementerian ESDM dapat megawattnya. Ini yang kita cari," tutur Toto.
Sementara itu SPV Research and Development Pertamina Dadi Sugianto mengatakan pihaknya mendukung pengembangan EBT. Pertamina pun dalam beberapa tahun terakhir sudah menerapkan bauran EBT yang ditujukan untuk efisiensi serta pengembangan bisnis perusahaan.
Selain itu Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin mendukung komitmen bersama ini dengan menyediakan LenSOLAR. Produk baru tersebut merupakan Sistem Rooftop PV yang dipasang di atap untuk memenuh kebutuhan listrik di rumah mauupun perkantoran. LenSOLAR sudah teruji dan hingga kini sudah dipasang di beberapa gedung BUMN.
LenSOLAR terhubung langsung dengan jaringan listrik regular (operator) yang mengoptimalkan pemanfaatan energi dari panel surya (PV). LenSOLAR menerapkan skema import dan export listrik dari dan ke jaringan lisrik regular, sehingga dapat menghemat tagihan listrik hingga 30 persen setiap bulannya.
Saat ini LenSOLAR memiliki produk premium yang terdiri dari empat jenis paket sistem PLTS Rooftop yang dapat digunakan pada rumah dan bisnis. Produk tersebut adalah LenSOLAR 1.5K-1P, LenSOLAR 3K-1P, LenSOLAR 5K-1P, dan LenSOLAR 5K-3P yang masing-masingnya dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan konsumen.
"LenSOLAR memberikan jaminan garansi sistem penuh untuk satu tahun pertama dan komponen PV module memberikan jaminan kinerja hingga 20 tahun (degradasi output satu persen per tahun)," tutur Zakky.
Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan radiasi energi matahari rata-rata 4,5 kWh/m2 per hari. Sehingga energi matahari menjadi pilihan yang baik sebagai sumber energi alternatif. Selain itu, Indonesia juga memiliki komitmen untuk menurunkan emisi dari 26 persen menjadi 41perswn pada 2020 atau sebesar 0,767 Giga Ton CO2 dapat tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id