"Rekomendasi itu belum terlalu prinsipil untuk diterapkan saat ini. Karena kilang dalam negeri belum mampu memproduksi Ron 88," ujarnya dalam diskusi reformasi tata kelola migas, di Hotel Century Atlet, Senayan, Jakarta, Rabu (7/1/2015).
Selain itu dirinya melihat pelaksanaan rekomendasi itu tidak memiliki signifikansi langsung pada sektor mikro dan makro.
"Saya justru bertanya kepada tim reformasi, signifikan rekomendasi itu pada sektor makro dan mikro apa? Kalau hanya untuk supaya pembuangan udara lebih bersih itu tidak urgen, " tegasnya.
Selain itu, tujuan tim reformasi untuk menghapus mafia migas dengan penghapusan impor Ron 88 dinilai tidak efektif.
"Kalau masalah mafia migas mau Ron 88 atau Ron 92 itu sama saja. Enggak ada jaminan Ron 88 dihapus mafia hilang. Pengimpor Ron 92 juga bisa mainkan harga," bebernya.
Ia melihat BBM Ron 88 masih perlu ada karena Pertamina belum mampu memproduksi Ron 92 dalam waktu dekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News