Kepala SPBU Tol Jagorawi Rest Area Km 10 yang mengarah ke Bogor, Agung, mengatakan kebijakan Pertamina dalam menaikkan harga Pertamax tidak memberikan pengaruh signifikan bagi penjualan BBM tersebut. Menurutnya kenaikan sebesar Rp150 ini masih terbilang standar.
"Enggak ada pengaruh. Naiknya Rp1.000 mungkin ada pengaruh. Kenaikan Rp150 enggak ada pengaruh yang besar. Biasanya orang kelas menengah ke bawah baru beralih ke premium saat tanggal tua," ungkap Agung selaku Kepala SPBU tersebut saat ditemui di kantornya di Tol Jagorawi Rest Area Km 10, Cibubur, seperti diberitakan Sabtu (8/8/2015).
Sedangkan mengenai turunnya harga Pertamina Dex, menurutnya ada pengaruh dari turunnya harganya minyak dunia. Selain itu, menurunnya BBM tersebut biasanya karena menurunnya bahan baku pertamina Dex.
"Tren minyak dunia lagi turun. Seharusnya saat Dex lagi turun berarti ada penurunan juga di bahan bakunya," ungkap Agung.
Ia juga menambahkan sejak 5 Agustus, saat pertamax mulai naik, total penjualan pertamax masih di kisaran 12 sampai 13 ton. Menurutnya hal ini juga masih normal saja.
"Sudah terjual 12 sampai 13 ton dari 5 Agustus. Ini masih normal saja," tuturnya.
Di samping itu, menurut dia, naiknya harga pertamax tidak terlalu menghebohkan masyrakat. Adapun dengan harga kisaran tersebut, konsumen pertamax tidak mempermasalahkannya karena konsumen pertamax lebih mementingkan kualitasnya.
"Mereka itu lebih mementingkan kualitas. Kalau mengisi pertamax tapi taunya malah merusak mesin itu baru mereka pada protes," ungkap Agung.
Di sisi lain, dirinya berpendapat seharusnya Pemerintah lebih berani dalam memberikan keputusan dalam peremajaan kendaraan. Saat ini Ia masih banyak menemukan mobil tahun 70an dan 90an yang masih beroperasi.
Menurutnya mobil tua khususnya mobil di bawah 2000-an lebih boros bensin dibanding mobil diatas 2000-an. Untuk itu harus ada peremajaan mobil dan mengurangi jumlah mobil yang berlebihan saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News