Direktur Utama PJB, Muljo Adjie, menyatakan, pembangunan PLTS tergolong mahal karena Indonesia masih mengimpor solar sel.
"Memang masih ada pendapat PLTS mahal. Cuma kecenderungan PLTS menurun. Kenapa PLTS mahal karena solar selnya impor, kita berfikir panjang kenapa di Indonesia tidak ada pabrik di Indonesia," kata Muljo, di PLTA Cirata, Purwokerta, Kamis (15/10/2015).
Untuk memenuhi kebutuhan solar sel pada PLTS, PJB siap membangun namun dengan satu syarat yakni PLTS yang akan dibangun mempunyai daya sekitar 75 megawatt (mw) sampai 100 mw.
"PJB buka diri. Siapapun dunia ini bangun pabrik. PJB siap. Tapi ada beberapa syarat, saya mau kalau PLN bangun minimal 75 mw sampai 100 mw," tutur dia.
Muljo menjelaskan, bila ada pabrik solar sel di Indonesia maka dapat mengurangi biaya semula dari 8-9 sen dolar per kWh menjadi 4-6 sen dolar per kWh. Jumlah tersebut setara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Kalau ada pabrik di Indonesa harga akan drop, ini sekarang 8-9 sen dolar per kWh, nanti kalau Indonesia ada pabrik solar sel, bisa ditekan 5-6 sen dolar per kWh, hampir sama seperti PLTU batu bara," jelas dia.
Secara tidak langsung, Muljo juga memaparkan bila pembangunan PLTS berjalan lancar, berati PJB juga mendukung kebijakan pemerintah untuk menggunakan energi baru terbarukan sebanyak 25 persen di 2025.
"Di sini kita bisa sendirian harus didukung kebijakan kebijakan pemerintah (25 persen menggunakan energi baru terbarukan). Kalau pemerintah mau bangun 75 mw, ayo kita bangun PLTS. Kalau ada kemampuan bangun PLTS ada kewajiban setiap gedung bangun solar sel sangat hemat energi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News