Plt Direktur Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan Indonesia pun pernah menanggung subsidi ketika harga minyak dunia berada di atas USD100 per barel. Menurut Djoko hal tersebut bukan menjadi sebuah masalah.
"Harga minyak dunia pernah di atas USD100 saja enggak masalah. Untuk subsidi mau harga minyak selangit pun tetap (Rp1.000 per liter)," kata Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Januari 2020.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan eskalasi yang terjadi di Timur Tenag memang memengaruhi perubahan harga minyak dunia. Pihaknya akan terus memperhatikan pergerakan tersebut.
"Kita lihat saja bagaimana pergerakannya, dampak ke APBN tentu terpengaruh ke variabel seperti kurs dan lifting. Kita akan laporkan setiap bulan," jelas Suahasil.
Sementara itu, Pengusaha Sofyan Wanandi mengatakan apabila perang benar terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran dan membuat harga minyak makin menggeliat maka akan berbahaya bagi Indonesia.
Sofyan mengatakan Indonesia akan celaka karena cadangan minyak yang dimiliki saat ini sedikit dan belum mampu memenuhi kebutuhan nasional. Artinya Indonesia masih akan sangat tergantung dari impor.
Apabila harga minyak meningkat maka nilai impor makin tinggi dan akan menggerogoti neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia. Di sisi lain, pemerintah juga akan terkena dampak karena harus merogoh kantong untuk subsidi BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News