“Yang lebih menggembirakan, status sumur yang berhasil menembus kedalaman 7.289 kaki tersebut dinyatakan sebagai sumur penemu minyak dan gas (oil and gas discovery),” ujar Public Relation Coordinator PT EML, Nur Hidayat, dalam rilisnya, Selasa, 21 Mei 2019.
Hidayat berharap bisa menindaklanjuti kegiatan eksplorasi migas di wilayah South East Madura Block itu dengan rencana pengembangan dan produksi. Sebab dia yakin hal itu akan mempengaruhi status Sumenep sebagai penghasil migas.
Dia memastikan sudah tidak kegiatan apa pun di Desa Tanjung. Prosesnya hanya tinggal demobilisasi peralatan pengeboran yang dimiliki oleh PT Roda Drilling Nusantara dan beberapa peralatan pendukung. Hidayat juga menyebut hal ini melibatkan 50 orang pekerja lokal dari desa setempat dan sekitarnya. Jumlah itu setara dengan sepertiga jumlah pekerja yang terlibat dalam kegiatan operasi pengeboran.
“Mereka tersebar dalam berbagai pos penugasan mulai petugas keamanan (satpam), staf di jasa catering, general labour, flagman, hingga tenaga paramedik,” ungkap pria kelahiran Kabupaten Mojokerto ini.
PT EML juga disebut rutin menyantuni yatim piatu yang berada di wilayah Kecamatan Saronggi dan sebagian Kecamatan Bluto selama proses eksplorasi. Hidayat mengatakan santunan tersebut digelar di area parkir lokasi pengeboran sumur setiap Ahad sore dengan kemasan doa bersama.
Sementara Senior Manager Operasi SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Indra Zulkarnain, mengaku sempat terkejut setelah tahu pemilik rig yang digunakan dalam kegiatan pengeboran sumur eksplorasi itu. Dia tidak menyangka pemilknya adalah warga asli Sumenep.
“Jadi ini Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)-nya bisa dibilang 100 persen. Dari situ saja, investasinya kembali lagi ke warga yang berasal dari Kabupaten Sumenep,” tuturnya saat upacara tajak beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News