Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Dwi Soetjipto menandatangani head of agreement pengembangan Blok Masela bersama Presiden Inpex Indonesia Shunichiro Sugaya dan President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda. Hadir pula dalam acara tersebut Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif dan Utusan Presiden untuk Jepang Rachmad Gobel.
Menurut Kepala SKK Migas, dengan ditandatangani head of agreement maka pihak Inpex bersama Shell akan bisa memulai proyek pengembangan lapangan Abadi. Diharapkan, pada 2027 produksi pertama dari lapangan Abadi akan bisa diproduksi.
"SKK Migas akan membantu investor untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang bisa menghambat mulai dari penyediaan lahan untuk pembangunan kilang liquified natural gas (LNG) maupun analis mengenai dampak lingkungan. Kami akan mendorong agar proyek pengembangan bisa berjalan sesuai jadwal agar memberi gambaran bahwa investasi di Indonesia masih menarik karena pemerintah mendukung investor untuk menyelesaikan semua kendalanya," kata Dwi Soetjipto.
Menteri Jonan melihat proyek ini sangat strategis karena merupakan proyek dengan nilai investasi terbesar sejak 1967. Pemerintah sangat serius untuk menanganinya karena berkaitan dengan keinginan untuk menarik investasi yang lebih besar ke Indonesia.
Bahkan Jonan melihat proyek pengembangan Blok Masela akan bermanfaat bagi industri rekayasa industri Indonesia karena akan banyak yang bisa ikut terlibat di dalamnya. Pemerintah secara sungguh-sungguh mendorong lebih banyak tingkat komponen dalam negeri.
"Saya melihat banyak perusahaan Indonesia yang mempunyai kemampuan untuk ikut terlibat dalam pengembangan proyek ini dan Ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kemampuan insinyur Indonesia," kata Jonan.
Apalagi sudah ada keinginan dari perusahaan lain untuk memanfaatkan gas dari lapangan Abadi untuk proyek petrokimia. Investasi di Maluku dan Indonesia Timur akan marak dengan dimulainya proyek pengembangan Blok Masela.
Blok Masela diprediksi akan menghasilkan 9,5 juta metrik ton LNG setiap tahunnya. Produksi itu akan bisa ditingkatkan satu juta metrik ton lagi ketika pabrik petrokimia selesai dibangun kelak.
Dubes Arifin dan Rachmad Gobel mengapresiasi langkah yang dilakukan Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk menyelesaikan proyek yang sudah terhambat beberapa tahun. Terobosan ini akan memberikan gambaran positif bagi investor Jepang lainnya untuk mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News