Direktur PLN Regional Jawa bagian Barat Hariyanto WS mengatakan pihaknya diberikan mandat dalam proyek nasional 35 ribu megawatt (MW) untuk membangun sebesar 5.700 MW. Dari target tersebut yang telah beroperasi atau commercial operation date (COD) kapasitasnya mencapai 811 MW atau 14 persen dari target.
Rencananya hingga 2020 ada lima pembangkit yang akan siap beroperasi. Di antaranya yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 2 dengan kapasitas 800 MW di Mei 2019. Lalu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar Extension berkapasitas 315 MW di September 2019.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan berkapasitas 100 MW di September 2019. PLTU Jawa 7 Unit 1 berkapasitas 2.000 MW di Oktober 2019. Serta PLTGU Muara Karang berkapasitas 500 MW di Maret 2020.
Jika kelimanya beroperasi maka kapasitas pembangkit akan bertambah menjadi 3.700 MW. Adapun sisanya untuk mencapai target, masih ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9-10 dengan kapasitas 2x1.000 MW (2.000 MW) yang sedianya ditargetkan beroperasi pada tahun 2022 hingga 2023.
"Jadi ini sudah ditanyakan oleh Pak Presiden ke Pak Dirut apa betul listrik Indonesia ini akan bisa lebih murah, Insyaallah iya 2022-2023 begitu proyek yang 1.000-1.000 ini selesai, harganya cuma 4,2 sen, 4,3 sen, 4,5 sen. Sehingga listrik Indonesia bisa lebih murah dari pada listrik negara lain jadi kompetitif," kata Hariyanto di area PLTU Lontar Extension, Banten, Jumat, 29 Maret 2019.
Hariyanto mengatakan salah satu yang membuat tarif listrik bisa lebih murah yakni karena PLTU. Bahan baku PLTU menggunakan batu bara, yang mana harga batu bara diakui Hariyanto lebih murah dibandingkan gas ataupun bahan bakar minyak (BBM).
"Makanya kenapa kok kita masih ingin PLTU masih perlu dikembangkan, karena faktanya itu lebih murah daripada gas dan minyak bahkan lebih murah dari energi baru terbarukan," tutur dia.
Namun demikian dia menjamin penggunaan batu bara yang masih menjadi bahan baku utama di pembangkit tidak akan menciptakan polusi yang tinggi. Sebab PLN mengoptimalkan teknologi ultra super critical serta adanya pembatasan penggunaan batu bara meskipun masih jadi yang utama.
Selain itu, besaran kapasitas pembangkit juga ikut berkontribusi bagi harga yang sampai ke masyarakat. Dia mengatakan semakin besar kapasitas pembangkit bisa membuat harga tarif listrik makin murah.
Adapun dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028 bauran energi pembangkit yang ditargetkan antara lain batu bara 24,6 persen, EBT 23 persen, gas 22 persen, dan BBM 0,4 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News