Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (FOTO Dokumentasi Kemenperin).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (FOTO Dokumentasi Kemenperin).

Fokus Pemerataan, Kemenperin Pacu Kawasan Industri Berbasis Smelter

Husen Miftahudin • 12 Januari 2017 16:48
medcom.id, Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mendorong percepatan pembangunan Kawasan Industri Konawe di Sulawesi Tenggara dan Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah yang merupakan salah satu prioritas dalam program pengembangan basis industri logam.
 
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengaku, memacu pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa merupakan wujud implementasi arahan Presiden Joko Widodo untuk memfokuskan pemerataan. Kawasan Industri Konawe diyakini akan menarik investasi sebesar Rp78 triliun dan menciptakan tenaga kerja langsung sebanyak 20 ribu orang, dan tidak langsung mencapai 80 ribu orang.
 
"Kemenperin memfasilitasi pengembangan 14 kawasan industri di luar Pulau Jawa. Keberadaan industri-industri di kawasan ini akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian daerah dan nasional sehingga mampu menyejahterakan masyarakat," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (12/1/2017).
 
Kawasan Industri Morowali diharapkan turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.
 
"Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel," jelasnya.
 
Sejauh ini, dipaparkan Airlangga, bahwa perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di Kawasan Industri Morowali, antara lain industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300 ribu ton per tahun sudah dimulai sejak Januari 2015.

"Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun," tutur dia.
 
Dia menambahkan, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun dan didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2x150 MW. Pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.
 
"Sebagai tahap lanjutan dari PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry, saat ini juga telah dilakukan commissioning test pabrik stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun," ungkapnya
 
Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600 ribu ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60 persen.
 
"PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome yang merupakan smelter Chrome juga masih dalam tahap pembangunan dengan progres 60 persen dan diharapkan pada awal 2018 pabrik ini dapat mulai berproduksi," ujarnya.
 
Industri smelter lainnya, yakni PT Broly Nickel Industry Pabrik Hidrometalurgi dengan kapasitas 2.000 ton per tahun, yang akan dikembangkan menjadi 8 ribu ton per tahun nikel murni yang sedang dalam uji coba produksi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan