"Sebagai negara kepulauan, Indonesia butuh banyak infrastruktur untuk mempermudah distribusi gas. Karena itu, Pertamina berkomitmen terus mengembangan infrastruktur gas di Tanah Air demi mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (31/12/2016).
Selama 10 tahun terakhir, Pertamina mengeluarkan belanja modal bagi pengembangan infrastruktur gas senilai USD3,68 miliar atau sekitar Rp45,7 triliun. Belanja modal tersebut dialokasikan untuk tiga sektor yaitu liquefaction, pipa, dan regasifikasi.
Pertamina pada 2014 telah membangun pipa dengan panjang 1.673 kilometer (km), dan pada akhir 2016 diproyeksikan mencapai 2.580 km. Jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum dan MRU dari 25 pada 2014 menjadi 56 pada akhir 2015. Begitu pun dengan jaringan gas dari 41,7 ribu sambungan rumah tangga (SR) pada 2014 menjadi 89,3 ribu SR pada akhir 2016.
"Hingga akhir September 2016, Pertamina telah menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur gas, antara lain pipa transmisi Belawan-KIM-KEK, tujuh SPBG-APN di Depok, Subang Kota, Subang wilayah pantai utara, Citeuruep, Cirebon, Bogor, dan Balikpapan serta jaringan gas di Bulungan, Bekasi, Lhokseumawe, Lhoksukon, Pekanbaru, dan Sidoarjo II," jelas Wianda.
Proyek yang masih berjalan adalah pipa transmisi gas dari Muara Karang-Muara Tawar, dan Gresik-Semarang. Kemudian proyek Porong-Grati sudah gas in pada pertengahan November 2016. Selanjutnya dua SPBG APN di Jadebotabek dan Prabumulih serta tiga SPBG ABI PNA di Jakarta, selain jaringan gas di Subang, Ogan Ilir, Jambi serta Prabumulih pengembangan, Balikpapan, dan Cilegon.
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja menambahkan, pembangunan jaringan pipa gas interkoneksi Jawa sangat potensial mendukung proyek listrik 35 ribu megawatt (mw) karena program kelistrikan yang dicanangkan pemerintah ini juga bakal memanfaatkan bahan bakar gas, yaitu sekitar 20 persen.
Di luar itu, lanjut Wiratmadja, kebutuhan gas ke depan akan terus meningkat. Selain untuk listrik gas juga dibutuhkan oleh pabrik (industri) yang mulai banyak beralih dari BBM ke BBG.
Menurut Wirat pemerintah akan terus mendorong PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha Pertamina, dalam membangun jaringan pipa gas yang menyambungkan Jawa. Indonesia harus mengejar ketertinggalan dalam bidang infrastruktur migas, khususnya gas bumi, karena itu diperlukan pembangunan infrastruktur yang masif.
Komisioner Badan Pengatur Hilir Migas Ibrahim Hasyim menilai jika Pertamina serius dalam pengembangan infrastruktur energi karena sesungguhnya semua mata rantai pasok energi juga merupakan unit usaha. Apalagi transportasi dan penyimpanan adalah infrastruktur yang open access.
"Dalam kondisi infrastruktur itu masih minim di Indonesia, investasi itu bisa untuk menunjang bisnis sendiri, juga bisa untuk unit usaha," tambah dia.
Menurut Ibrahim, Pertamina saat ini adalah badan usaha yang paling berkomitmen mengembangkan infrastruktur gas di Tanah Air, kendati pasar migas dalam negeri sangat terbuka dengan badan usahanya mencapai sekitar 200 badan usaha. Namun, badan usaha lainnya tidak ada kemampuan untuk mengembangkan diri karena pasar gas domestik masih sangat muda, baru menggeliat 10 tahun terakhir.
"Saya membayangkan nanti pada suatu hari kelak di mana pemakaian gas di dalam negeri telah meluas dan menyeluruh, dan dengan infrastruktur pipa transmisi dan distribusi sudah lengkap terintegrasi, energi gas akan menggeser peran BBM," tuturnya.
Wakil Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Widjaja menambahkan, peran strategis Pertamina sebagai BUMN energi terintegrasi dalam menjadi pionir pengembangan infrastruktur gas di Tanah Air. Apalagi perusahaan menguasai dari hulu hingga hilir sektor tersebut.
"Pertamina bisa menjadi penggerak ekonomi makro ke depan dengan agenda-agenda pertumbuhan industri," ujarnya.
Agar peran Pertamina terasa dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, Widjaja berharap pemerintah segera mempercepat realisasi pembentukan holding di sektor energi. Tujuan utamanya adalah untuk memegang kebijakan secara keseluruhan secara konstitusional, plus sebagai bagian daripada kebijakan penentuan ketahanan energi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id