Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, PSC gross split ini menuntut perseroan lebih berhemat dan melakukan efisiensi dalam mengoperasikan wilayah kerja migas. Apalagi, sebagai perusahaan BUMN, Pertamina diminta untuk berkontribusi dalam mengamankan penerimaan negara sektor migas.
"Kalkulasi kami ini memang tantangan cukup kuat. Ini memang menarik meningkatkan efisiensi dalam operasional keseluruhan. Bagaimana mengamankan penerimaan negara," kata Dwi, dalam sebuah konferensi pers, di Kamenterian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu 18 Januari.
Dwi menjelaskan, dalam kontrak wilayah kerja Offshore North West Java (ONWJ) persentase split yang dibagikan masih kurang. Untuk itu, perseroan harus melakukan inisiatif untuk meningkatkan split dengan melakukan efisiensi dan menggunakan teknologi canggih sehingga mendapatkan benefit lebih.
Pada skema tersebut, split yang ditetapkan untuk gas sebesar 37,5:62,5 dan minyak sebesar 42,5:57,5. "Kalau berhitung kasar, memang split kami kurang. Tapi kekurangan itu kita tutup dengan efisiensi. Ini tantangan Pertamina dan kawan di lapangan," jelas dia.
Ia menargetkan, perseroan dapat melakukan penghematan dari efisiensi dan penggunaan teknologi itu sebesar lima persen tanpa mengurangi target produksi. Sehingga semua itu akan sejalan dengan instruksi pemerintah.
"Untuk efisiensi targetnya harus turun Lima persen. Biaya harus turun supaya dapat benefit seolah-olah split kita naik lima persen," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id