Edi menyebut, tahun ini Indonesia akan surplus LNG sekitar 3-4 Metrik Ton (MT). Menurutnya, jika kelebihan pasokan ini dijual ke pasar spot LNG terlalu besar. Oleh karena itu, salah salah satu cara terbaik untuk menyerapnya adalah dengan membuka keran ekspor LNG.
"Salah satu langkah yang bisa diambil pemerintah misalnya fleksibel membuka keran ekspor gas," kata Edi di Hotel Four Seasons, Jakarta, seperti diberitakan Senin, 19 Maret 2018.
Edi menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat penyerapan LNG nasional tidak besar. Pertama, kebutuhan domestik yang menurun. Kedua, keputusan pemerintah menahan dan membatasi ekspor. Ketiga, beberapa kontrak LNG berhenti.
Edi pun tidak merekomendasikan pembatasan produksi LNG sebagai jalan keluar kelebihan pasokan ini. Hal itu karena, pemerintah akan kehilangan pendapatan dan berdampak pada kegiatan operasi di lapangan.
"Itu akan hilang revenue (pendapatan) bagi pemerintah dan dampak buruk bagi oil and gas operation. Mereka harus menutup valve nanti akan berdampak ke reservoir," sebut dia.
Ada beberapa negara yang bisa menjadi pasar LNG Indonesia. Edi menyebutkan Taiwan, Tiongkok, Pakistan, Bangladesh, India, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dari ketujuh negara tersebut, Tiongkok diprediksi akan membutuhkan LNG banyak sebab di negara tersebut sedang menerapkan konversi pembangkit listrik batu bara.
"Future growth come for Tiongkok, tahun lalu permintaan Tiongkok 15 persen peningkatannya. Kalau di Tiongkok itu ada konversi mereka dari pembangkit batu bara," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News