Hal tersebut diusulkan Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira untuk menyikapi biaya transportasi udara yang cukup tinggi, sehingga memberi dampak negatif ke berbagai industri dan turunannya.
"Kenapa tidak kemudian penugasan (kepada Pertamina) dalam bentuk menjaga avtur, atau satu harga untuk harga avtur," kata Bhima dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu, 9 Februari 2019.
Seperti diketahui, maskapai penerbangan berdalih penerapan kenaikan tarif pesawat dan bagasi berbayar untuk menyikapi harga avtur yang tinggi.
Bhima pun menjelaskan, akibat dari naiknya tarif tiket pesawat dan bagasi ini memberi dampak negatif pada industri pariwisata, UMKM, dan lapangan pekerjaan. Apalagi, saat ini kondisi makro ekonomi Indonesia belum terlalu sehat.
"Jika persentase indeks konsumsi rumah tangga di atas 5,5 persen, kenaikan harga tiket pesawat dan bagasi berbayar tidak terlalu menjadi masalah," ucap Bhima.
Lebih lanjut, kata Bhima, bila indeks konsumsi rumah tangga ini satgnan di level lima persen, maka tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya berkisar lima persen.
"Nah, ini implikasi dari bagasi berbayar dampaknya cukup panjang bagi ekonomi kita sarankan pemerintah untuk evaluasi lagi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id