Ilustrasi kilang Pertamina. FOTO: dok MI
Ilustrasi kilang Pertamina. FOTO: dok MI

Pertamina Perluas Sayap Bisnis Hulu Migas di Luar Negeri

Suci Sedya Utami • 30 Agustus 2019 09:46
Jakarta: PT Pertamina (Persero) bakal terus melakukan perluasan sayap bisnis hulu migas ke luar negeri. Ekspansi tersebut merupakan strategi dalam meningkatkan produksi migas terutama minyak.
 
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan meski telah memilik sejumlah aset di luar negeri, perseroan masih akan menambah aset lagi.
 
"Kita akan segera ke Nigeria dan beberapa negara Afrika, semoga kita bisa mendapat sumur-sumur baru,” kata Rini di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Kamis, 30 Agsustus 2019.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam kesempatan yang sama mengatakan pengembangan aset salah satunya ditujukan untuk meningkatkan produksi. Sebab produksi migas nasional tidak akan naik signifikan jika hanya mengandalkan blok migas di Indonesia.
 
"Tetapi kalau ke luar negeri, kita ada tambahan (produksi)," ujar Nicke.
 
Ekspansi bisnis hulu ini pun didukung oleh pemerintah melalui rencana pengucuran modal negara untuk akuisisi aset di negara lain guna memperbaiki neraca transaksi berjalan. Penanaman Modal Negara (PMN) Rp1 triliun telah disiapkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.
 
Menanggapi hal tersebut, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan perseroan sebenarnya memiliki pendanaan sendiri untuk akuisisi aset migas di negara lain. Namun, jika dana tersebut bisa digabungkan dengan PMN maka akan lebih baik.
 
"Kita sejak 2016 sudah melakukan (akuisisi) dan kami masih tetap ingin tumbuh lebih besar di luar. Jadi itu malah bisa kolaboratif dari sisi funding," tutur dia.
 
Adapun kriteria blok yakni blok migas yang akan memasuki tahap produksi atau telah berproduksi. Terkait besaran cadangan, hak operatorship, kepemilikan hak partisipasi (participating interest/PI), akan mempertimbangkan dasar keekonomian dan risiko yang telah ditetapkan pihaknya.
 
Namun demikian, Dharmawan masih enggan membuka wilayah kerja atau blok migas mana saja yang saat ini tengah dibidik.  Dia hanya menyebut beberapa negara seperti Timur Tengah dan Afrika.
 
Dia bilang tidak hanya mengincar aset baru, namun ekspansi bisa juga dengan memaksimalkan aset eksisting yang selama ini telah diakuisisi Pertamina misalnya di Aljazair. Selanjutnya, perseroan juga berminat menambah kepemilikan atau participating interest (PI) di blok migasnya di Irak.
 
"Kemudian kami ada kesempatan baru di Afrika," ujar Dharmawan.
 
Peluang yang dimaksud yakni adanya pengembangan di aset existing yang diperoleh Pertamina melalui akuisisi Maurel&Promm pada beberapa tahun lalu. Perseroan kini tengah melakukan penilaian untuk memastikan besaran cadangan potensi ini beserta target produksi yang dihasilkan.
 
Saat ini, Pertamina telah memiliki sejumlah blok migas di 12 negara. Di Aljazair, perseroan memiliki saham di Blok Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), dan Ourhoud (OHD). Kemudian di Irak, perseroan memegang saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNP, Blok SK309 dan Blok SK311.
 
Selanjutnya, usai akuisisi perusahaan migas Prancis, Maurel&Prom, perseroan memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kolombia, Kanada, Myanmar, Italia, dan negara lainnya. Namun, aset utamanya yang telah berproduksi yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania.
 
Pada 2018, Pertamina mencatat, produksi migas dari aset luar negeri tercatat sebesar 153 ribu barel setara minyak per hari (boepd), yakni produksi minyak 102 ribu barel per hari (bph) dan gas 299 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd). Di 2019, produksi migas ditargetkan sebesar 163 ribu boepd yang terdiri dari minyak 112 ribu bph dan gas 300 mmscfd.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan