"Coba tanya menteri energi, tapi waktu rapat lalu diperkirakan lebih dari enam bulan. Karena tantangannya kilang Pertamina belum mampu memproduksi Ron 92 kecuali Balongan," ujar Sofyan, di Jakarta, Kamis (8/1/2015).
Oleh karena itu, Pertamina harus mencampur antara nafta dan ron lebih tinggi, sehingga menghasilkan ron 88. Namun demikian, dirinya tidak terlalu mengetahui jika nantinya ada kemajuan baru seperti teknologinya.
"Setahu saya Pertamina akan terus mempercepat perbaikan kilang dan untuk itu kita berikan insentif mempercepat kilang. Kalau misalnya hari ini mereka hari ini hanya menjual ron 92, maka sebagian besar harus diimpor.
Menurut Sofyan, ron 88 terdiri dari jenis rendah, sementara jenis tinggi dari impor yang dicampur. "Kalau misalnya ada kemajuan itu bagus, suatu saat nanti ron 88 enggak ada lagi karena bagus buat lingkungan, untuk mesin dan harga mahal sedikit," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News