Ilustrasi. Foto: dok MI/M Soleh.
Ilustrasi. Foto: dok MI/M Soleh.

Pelunasan Utang SAKA Bawa Angin Segar bagi Kinerja PGN

Antara • 01 April 2022 20:46
Jakarta: PT Saka Energi Indonesia (SAKA) yang merupakan anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah memutuskan untuk mempercepat pelunasan utang senilai USD220 juta. Pengurangan utang Grup PGN tersebut dinilai akan menciptakan efisiensi dan mendorong fundamental bisnis perseroan menjadi lebih kuat.
 
"Pelunasan sebagian utang SAKA akan sangat positif bagi PGN, mengingat beban bunga yang harus dibayarkan juga cukup besar. Langkah ini paling tepat saat likuiditas perusahaan (cash ratio) saat ini sangat tinggi, ditambah harga minyak sedang tinggi, sehingga potensi peningkatan likuiditas kas ke depan cukup besar," ungkap Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan dikutip dari Antara, Jumat, 1 April 2022.
 
SAKA merupakan anak usaha PGN yang bergerak dalam bidang eksplorasi serta eksploitasi minyak dan gas bumi (migas). Sejalan dengan membaiknya harga minyak dunia, kontribusi anak perusahaan ini terhadap pendapatan PGN juga terus meningkat.


Sebagai contoh, sesuai laporan keuangan PGN tahun 2021, pendapatan PGN dari hasil penjualan minyak dan gas bumi mencapai USD331,30 juta. Nilai tersebut naik sekitar 60,64 persen dibandingkan capaian 2020 sebesar USD203,70 juta.
 
"Sebagai subholding gas, PGN diuntungkan dengan naiknya harga minyak dunia dari kinerja SAKA. Kemampuan SAKA memanfaatkan momentum positif ini dengan melakukan pelunasan utang obligasi juga akan mendorong efisiensi di PGN, terutama dari penurunan beban biaya bunga," papar Marolop.
 
Untuk mengurangi beban utang, SAKA menawarkan pembelian kembali atau buyback surat utang senior dengan yang diterbitkan pada 2017 senilai USD625 juta. Surat utang dengan jangka waktu tujuh tahun itu dicatatkan di Bursa Efek Singapura dengan bunga sebesar 4,45 persen per tahun.
 
Dari penawaran buyback, pada 25 Maret 2022 lalu, SAKA akhirnya menetapkan pelunasan atas sebagian surat utangnya senilai USD220 juta tersebut.
 
Dalam surat penjelasannya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti dikutip dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary PGN Rachmat Hutama menyampaikan bahwa pasca buyback tersebut, nilai surat utang yang masih beredar sebesar USD405 juta. Surat utang ini baru akan jatuh tempo pada Mei 2024.
 
PGN telah mengkomunikasikan pembelian kembali surat utang telah dikomunikasikan dengan Lembaga Jasa Pemeringkat dan tidak dikategorikan sebagai distressed debt exchange (DDE). Penggunaan kas internal tidak berdampak terhadap likuiditas perusahaan.
 
Marolop memandang di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina dan pandemi covid--19 yang mulai melandai membuat harga energi diperkirakan akan tetap tinggi pada tahun ini. Kondisi tersebut akan memberikan peluang kepada PGN, termasuk SAKA untuk mengoptimalkan kinerjanya.
 
Apalagi pada 2021 volume distribusi gas dari PGN juga menunjukkan peningkatan yang positif. Volume distribusi gas periode 2021 meningkat menjadi sebesar 871 british thermal unit per day (BBTUD) dari periode 2020 sebesar 828 BBTUD.
 
Sementara volume transmisi PGN tercatat mengalirkan gas sebanyak 1.352 million standard cubic feet per day (MMSCFD). Adapun volume lifting minyak gas adalah 24.086 barrel oil equivalent per day (BOEPD) dengan harga rata-rata Indonesian crude price (ICP) sebesar USD68,8 per barel.

 
Dengan berbagai upaya yang dilakukan manajemen, sepanjang 2021 PGN tercatat meraih laba bersih sebesar USD303,82 juta. Pencapaian itu jauh lebih baik dibandingkan 2020 yang masih membukukan kerugian bersih hingga USD264,77 juta.
 
PGN juga mencatatkan kenaikan kas dan setara kas menjadi USD1,5 miliar di 2021 dari posisi 2020 sebesar USD1,18 miliar. Lebih jauh Marolop menjelaskan bahwa percepatan pembayaran utang akan menurunkan rasio utang PGN, sehingga neraca perseroan semakin kuat.
 
Selain itu, penurunan utang dalam valuta asing, khususnya dolar AS juga akan mengurangi resiko perusahaan. Termasuk risiko terhadap fluktuasi dolar AS terhadap beban keuangan mengingat potensi pengetatan likuiditas oleh The FED ke depan sangat besar.
 
"Perkembangan bisnis PGN menunjukkan tren yang sangat positif. Kemampuan manajemen mengelola dan memanfaatkan aset-aset perusahaan di tengah tren kenaikan harga dan kebutuhan energi domestik yang naik menjadikan PGN berhasil meraih kinerja yang optimal. Apalagi strategi efisiensi, termasuk penurunan utang yang dijalani perusahaan juga mulai terlihat hasil positifnya tahun 2021 lalu," pungkas Marolop.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan