Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (MI/ROMMY PUJIANTO)
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (MI/ROMMY PUJIANTO)

Ini Cara Pertamina Antisipasi Kendala Besar di Blok East Natuna

Annisa ayu artanti • 01 Juli 2016 13:13
medcom.id, Jakarta: PT Pertamina (Persero) tengah mempelajari lebih lanjut terkait Blok East Natuna, usai pemerintah menyerahkan pengelolaan blok tersebut. Hal itu dilakukan lantaran Blok East Natuna memiliki satu kendala besar yakni besarnya kandungan karbon dioksida (CO2) sebanyak 72 persen dari total gas yang ada.
 
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, Pertamina telah membentuk konsorsium bersama Exxon Mobil dan PTT EP untuk mengelola blok yang letaknya jauh di utara Indonesia tersebut.
 
Dwi menyebutkan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola blok ini memang sangat tinggi, yang diperlukan untuk injeksi dan teknologi canggih guna memisahkan C02 dengan gas yang bisa terpakai.

"Jadi sekarang ini Pertamina memang sudah studi di East Natuna. Kita kerja sama sama Exxon dan PTT EP. Salah satu masalahnya di sana adalah kandungan C02 yang 72 persen. Jadi besar sekali. Oleh karena itu, karena kandungan Co2 itu harus diinjeksikan ke dalam biayanya akan tingi," kata Dwi, di Jakarta, seperti diberitakan Jumat (1/7/2016).
 
Atas dasar itu, Dwi menambahkan, pihaknya sedang menyusun skenario untuk porsi sharing dengan investor dan operator serta bagian untuk negara. Sehingga gas yang diproduksi akan bernilai ekonomis bagi operator.
 
Menurutnya itu perlu dirundingkan karena pengelolaan Blok East Natuna ini memerlukan investasi yang besar. Jika tidak ekonomis, harga jual gas hasil produksi ini pasti sangat mahal. "Oleh karena itu barangkali porsi sharing antara investor dan operator serta government yang akan kita usulkan. Sehingga kondisinya akan ekonomis buat operator," ungkap Dwi.
 
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wirtamaja Puja menjelaskan, pihak pemerintah sedang mengkaji blok dimaksud terkait segala aspek komersial mulai dari tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), worst case split, tax holiday, sampai jangka waktu kontrak.
 
"Sisi komersial ini masih belum firm, yang lagi tugaskan Pertamina konsorsiumnya IRR masih dianalisis harus ekonomis, split pemerintah, juga tax holiday-nya seperti apa. Juga kontraknya berapa tahun," jelas Wirat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan