Menko Perekonomian Darmin Nasution pun mengapresiasi kinerja apik tersebut. Jika dibandingkan dengan target seharusnya yang mesti dicapai, realisasinya sudah melebihinya.
"Realisasinya sudah bagus 99,9 persen diukur berdasarkan realisasi dibandingkan dengan yang seharusnya," kata Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Maret 2019.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini mengatakan satu-satunya wilayah yang belum menerapkan yakni Krayan, Kalimantan Utara. Darmin mengatakan penerapan B20 di daerah tersebut terhambat oleh letak geografis yang tidak mudah dijangkau. Pasokan bahan bakar nabati (Fame) harus dikirim melalui pesawat terbang.
"Fame harus pakai pesawat sehingga kita kasih dia dispensasi pakai pertadex," tutur Darmin.
Dengan kesuksesan tersebut, pemerintah akan mendorong peningkatan kandungan BNN untuk dicampurkan ke solar. Selain itu, pemerintah juga akan memfokuskan penggunaan biodiesel ke beberapa pembangkit milik PLN, alutsista TNI/Polri serta alat-alat pertambangan milik Freeport Indonesia yang selama ini belum bisa menggunakan B20.
Sementara itu Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan dalam dua bulan pertama di 2019, Januari-Februari, penggunaan B20 mencapai 700 ribu kiloliter (kl).
"Hanya daerah perbatsan yang memang susah dicapai, tapi kecil sekali," tambah Paulus.
Sebelumnya sepanjang 2018, realisasi kebijakan B20 mencapai 86 persen. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menunjukkan penyaluran B20 di 2018 sebesar 3,47 juta kl dari target penyaluran FAME sebesar 4,04 juta kl.
Rincian penyaluran B20 untuk PSO 2,72 juta kl atau 94 persen periode Januari hingga Desember 2018. Sedangkan penyaluran B20 untuk Non-PSO 758.072 kl atau 66 persen selama periode September sampai dengan Desember 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News