Menurutnya, PGN membuka peluang kerja sama dengan semua pemangku kepentingan (stakeholders), baik itu BUMN, swasta, ataupun asing. Ketersediaan jaringan PGN bisa mempercepat jumlah SPBG. Akan tetapi harus dilakukan kerja sama kedua belah pihak. "Pipa kami tidak tersebar di semua wilayah," ucapnya.
Sedangkan untuk jumlah pasokan gas, PGN sudah mengalokasikan besaran kepada masing-masing SPBG. Untuk penambahan bisa berkoordinasi dengan SKK Migas dan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Ridho mengatakan, PGN mendirikan tiga SPBG pada tahun ini. Jumlah itu belum memenuhi target perseroan yang memproyeksikan 16 SPBG di 2014. Kegagalan pencapaian tersebut permasalahan di lahan yang strategis untuk membangun SPBG. "Susah untuk didapat sekarang ini," tuturnya.
Dia mengharapkan PGN bisa bermitra untuk penyediaan lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan SPBG. Sehingga mempercepat konversi dari BBM ke BBG bisa direalisasikan.
Selain SPBG, tambah Ridho, PGN juga menyediakan sembilan mobile refueling unit (MRU). Fasilitas itu sebagai pengganti keberadaan SPBG yang mengalami kendala pada ketersediaan lahan.
Kendati demikian, Ridho mengungkapkan PGN belum memastikan rencana pembangunan SPBG atau menambah MRU. Hal itu disebabkan MRU bersifat dinamis. Artinya keberadaan kendaraan tersebut berpindah-pindah. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan fungsi SPBG yang menyediakan pengisian gas pada satu titik lokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News