Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai posisi Indonesia selama ini untuk kegiatan eksplorasi migas kurang efisien. Baik dari sisi biaya maupun jumlah sumur migas yang dimiliki oleh Indonesia tidak begitu kompetitif dibandingkan dengan negara lain.
"Ini juga menjelaskan bahwa di mana saat harga produksi minyak sangat tinggi, produksi minyak di Indonesia enggak meningkat. Ada sesuatu yang dipertanyakan mengenai kebijakan di sisi insentif maupuin bagaimana pemerintah memperlakukan kegiatan eksplorasi di industri ini," ujar dia di kantornya, Jalan Dr Wahidin Raya, Jakarta Pusat, Jumat (23/9/2016).
Dengan revisi PP ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan investasi migas yang kompetitif. Selanjutnya hal ini akan membuat kegiatan ekonomi produktif, terutama jika melihat keunggulan Indonesia sebagai penyedia sumber daya alam migas dan lokasi yang dengan pasar.
"Tapi kemudian ini bisa terealisir dengan menarik sebanyak mungkin investasi yang bisa menggunakan sumber daya secara baik, efisien dan adil. Ini yang diformulasikan dalam PP tersebut," jelas dia.
Dirinya menambahkan, dengan menarik minat investor maka kegiatan eksplorasi sumber migas baru bisa dilakukan. Apalagi jika melihat data yang menunjukan bahwa penurunan produksi hulu migas Indonesia diprediksi menjadi 400 ribu barel per hari di 2020 dari 800 ribu barel per hari pada 2016.
"Oleh karena itu, perbaikan iklim investasi di sektor hulu jadi sesuatu yag sangat urgent. Kalau dari sisi kami sangat berkaitan erat dengan kemampuan pemerintah untuk dapat penerimaan dari sisi bagaimana ini kemudian dapat menciptakan multiplier effect," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id