Menurut Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio, persiapan tersebut mulai dari sumber daya manusia (SDM), kilang pengolahan gas, sampai pasar penjualan gas.
"Enggak mudah menangani produksi gas sebesar itu. Buat PT Total E&P Indonesie menguntungkan, tapi belum tentu diambilalih Pertamina menguntungkan kalau mereka enggak siap dengan segala sesuatunya. Jangan sampai pendapatan negara malah turun," tegas Agus, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (24/6/2015).
Persiapan yang dibutuhkan Pertamina dalam mengakuisisi Blok Mahakam, sambung dia, antara lain sumber daya manusia, kekuatan pendanaan karena praktis itu akan menjadi beban perusahaan pelat merah tersebut, dan kilang gas yang sanggup mengolah produksi gas.
Yang terpenting, tambahnya, mencari jaringan penjualan. Sebab Agus menjelaskan, Pertamina harus memastikan bahwa pasar Total E&P Indonesie mau membeli produksi gas Pertamina dari Blok Mahakam. Gas yang sudah dieksplorasi harus segera dijual.
"Pastikan pasar Total masih mau beli gas kita, ini nggak mudah karena harus dibicarakan lagi karena terkait fee dan mekanisme lain. Jangan sampai kayak gas dari Tangguh, sudah dibawa kapal ke mana-mana tapi Amerika Serikat enggak mau beli karena sudah ada shale gas," tegas dia.
Sekadar informasi, Blok Mahakam merupakan salah satu ladang gas terbesar di Indonesia. Pada akhir maka kontrak di 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 triliun kaki kubik (TCF). Dari jumlah itu diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News