Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan, pada awalnya, pemerintah menganalisa Indonesia akan terkendala pasokan listrik karena kebutuhan listrik meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia. Maka saat itu, proyek 35 ribu MW ditargetkan selesai pada 2019.
Namun, prediksi meleset. Sejak 2015 pertumbuhan ekonomi dunia tidak sebaik yang diperkirakan. Sehingga berdampak juga pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi ini yang menjadi tolak ukur besar atau tidaknya permintaan listrik nasional.
"Kita menyadari pertumbuhan ekonomi dunia tidak sebaik yang kita harapkan dari sejak 2015 walaupun sekarang semakin membaik. Pertumbuhan ekonomi kita termasuk salah satu yang tertinggi di dunia, tapi masih di bawah pemikiran yang awal. Sehingga Kita perlu adjustment (35 ribu MW)," jelas Rini, di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Kamis malam 5 Oktober 2017.
Meskipun mengalami penyesuaian, Rini menegaskan, program 35 ribu MW akan tetap jalan. Hanya saja, waktu beroperasi seluruhnya pembangkit akan sedikit mundur dari target awal.
"Program tetap jalan tapi kita bicara waktu. Tentunya tidak masuk akal dong kalau kita menyadari bahwa permintaan sedikit mundur. Investasi pembangunan hotel dan industri yang kita harapkan terjadi 2016 baru mulai 2017, otomatis kebutuhan listrik yg kita targetkan 2017 baru akan terjadi 2019 atau 2020. Jadi Ini kita lakukan adjust," ungkap dia.
Rini melanjutkan, alasan lainnya yang mengharuskan proyek ini disesuaikan karena pemerintah juga tidak ingin memberatkan PT PLN (Persero) sebagai operator proyek 35 ribu MW. Jika proyek ini dipaksakan selesai 2019 sementara tidak ada permintaan maka itu akan merugikan PLN.
"Kita lakukan adjustment juga jangan sampai PLN terbebani jika pembangunan banyak tapi permintaanya tidak tumbuh," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News