baca juga: P2G: Perlu Perluasan Infrastruktur Digital Hadapi Disrupsi Teknologi |
"Kita melihat ada beberapa tren yang cukup disruptif dan perlu diperhatikan dan sangat akan mengubah bukan hanya hidup tapi kehidupan dari kemanusiaan ke depan," ujar Gita, dikutip dari Antara, Rabu, 12 Oktober 2022.
Tren yang dimaksud antara lain banyaknya modal dan energi yang bisa dimanfaatkan di masa depan. Gita menyebut ada banyak sekali modal dalam jumlah besar yang tersedia. Namun sayangnya modal tersebut masih berada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, dan Jepang dengan nilai mencapai USD100 triliun.
Selain itu, terdapat pula energi yang berasal dari tenaga surya yang bisa dimanfaatkan di masa depan. Saat ini, sudah ada teknologi yang bisa menyerap dan menyimpan energi tersebut dengan efektif dan efisien.
"Tinggal kita tunggu saja teknologi tersebut untuk lebih bisa mendistribusikan energi yang terserap dan tersimpan," ucap dia.
Tren disruptif selanjutnya berada di sektor keuangan. Gita mengatakan saat ini sektor tersebut sudah tersentuh dengan inovasi dan teknologi yang semakin maju yang memiliki potensi besar di masa depan.
Dia mencontohkan Tiongkok yang telah berhasil tumbuh dengan pembayaran digital. Tahun lalu, kata dia, jumlah pembayaran digital yang terjadi di Tiongkok mencapai USD60 triliun, sedangkan di Indonesia baru sekitar USD100 miliar.
"Ini menggambarkan betapa kita masih di belakang Tiongkok tapi betapa besarnya peluang yang ada di jasa keuangan ke depan yang bisa disentuh dengan inovasi teknologi yang semakin maju," ujar Gita.
Tren berikutnya adalah kecerdasan artifisial dan rekayasa genetika. Terkait rekayasa genetika, Gita menyebut bahwa dengan melakukan modifikasi genetik, terbuka kemungkinan bagi manusia untuk bisa meningkatkan kecerdasan, menyembuhkan berbagai penyakit, hingga memperpanjang usia di masa depan.
Tren terakhir adalah pertemuan antara kecerdasan artifisial dan kecerdasan biologis yang diyakini Gita bisa melahirkan hal-hal luar biasa di masa depan.
"Mungkin dalam 20 sampai 30 tahun ke depan intelegensi manusia bisa meningkat bukan hanya ratusan kali tapi ribuan kali, apabila intersection tersebut bisa dikawal, dirawat, dipupuk secara bijaksana," ucap Gita.
"Tentunya ini sangat memerlukan diskursus yang multidimensional melibatkan unsur kultural, unsur sosial, ekonomi, teknologi, spiritual, religi, dan lain-lain," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News