Jerry mengimbau kepada seluruh anggota beberapa platform belanja online, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan konsumen. Pesan ini harus disampaikan guna mendukung adaptasi dan transformasi dalam mekanisme perdagangan.
"Pandemi ini memberikan pesan pada kita agar kita bertransformasi makin digital. Penggunaan QRIS secara optimal adalah salah satu langkah konkret dalam digitalisasi pembayaran sehingga lebih aman secara kesehatan, lebih cepat, dan praktis dari segi teknis transaksi," ujar Jerry dalam siaran pers, Senin, 9 Agustus 2021.
Menurut Jerry, sosialisasi mengenai QRIS oleh para pedagang dan pengusaha akan sangat menguntungkan. Pasalnya, para pedagang dan pelaku usaha akan mengurangi kerepotan dan kerumitan pada proses transaksi tunai.
Ia mengakui bahwa masyarakat Indonesia selama ini memiliki punya kultur dalam transaksi secara tunai. Oleh karena itu, perlu upaya yang intensif agar bisa beralih pada digitalisasi transaksi.
"Kultur itu harus diubah sedikit demi sedikit, karena ke depan arahnya akan terdigitalisasi semua. Bahkan untuk perkotaan, belum semua menggunakan transaksi secara digital dan optimal. Jadi sudah menjadi tugas bersama untuk terus mendidik masyarakat," imbuh Jerry.
Di tengah pandemi covid-19, penggunaan QRIS juga dinilai akan membuka terobosan dalam proses belanja. Jerry mengatakan, agar bisa berjualan di tengah berbagai pembatasan aktivitas sosial, penggunaan QRIS bisa membuka alternatif baru.
Ia mencontohkan dengan pemasangan QRIS yang dipadukan dengan sistem penjualan lewat aplikasi online seperti Whatsapp, tenant-tenant di mal masih bisa berjualan.
"Jadi para tenant tinggal pasang QRIS saja. Kirim barcode QRIS ke jaringan Whatsapp dan yang lain. Jadi customer pesan dan bayar langsung tanpa harus ke mal, lewat jaringan online saja. Dengan begitu, dampak pandemi dalam penjualan bisa ditekan," paparnya.
Selain menguntungkan masyarakat dan pelaku usaha, digitalisasi transaksi juga akan menguntungkan negara dan membantu Bank Indonesia (BI) untuk menekan penggunaan uang fisik (kartal). Pasalnya, langkah ini akan menekan biaya pencetakan uang baru dan berbagai proses mekanisme di bank-bank yang melayani masyarakat.
Sebagai contoh, pada 2015 biaya cetak uang rupiah sepanjang tahun mencapai Rp3,5 triliun. Karena itulah Bank Indonesia terus menyosialisasikan agar masyarakat merawat uang mereka dengan baik dengan tidak ditekuk dan sebagainya.
Sementara di sisi lain, sumber daya yang digunakan dalam proses transaksi perbankan dengan menggunakan uang fisik juga sangat besar dan menyita waktu. Sebab itu, digitalisasi diharapkan bisa mereduksi semua itu.
"Intinya, dengan digitalisasi melalui penggunaan QRIS semua akan diuntungkan. Karena itu mari kita bantu BI dan pemerintah untuk terus sosialisasikan digitalisasi transaksi," tutup Jerry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News